Menilik Sejarah Kongres Kaum Muslimin se-Tapanuli

 
Menilik Sejarah Kongres Kaum Muslimin se-Tapanuli

LADUNI.ID, Jakarta - Kongres ini berlangsung pada 7-9 Februari 1947 di Madrasah Islamiyah Kampung Bukit Padangsidimpuan. Kongres ini dihadiri oleh ulama dan tokoh pemuda dari Mandailing, Padang Lawas, Angkola Siprok, Natal dan Sibolga. Dalam kongres tersebut didapatkan kesepakatan di antara ulama dan tokoh pemuda yang berfaham Aswaja untuk mendirikan Nahdlatul Ulama di Tapanuli sebagai cabang dari Nahdlatul Ulama yang berpusat di Jawa.

Nahdlatul Ulama (NU)

Sejak saat itu NU pun berkembang di Sumatra Utara khususnya di Tapanuli Selatan. Perkembangan NU ini membawa dampak positif bagi misi mempertahankan ajaran Ahlussunnah Wal Jama’ah di Tapanuli Selatan . Syekh Musthafa Husein adalah simbol bagi Nahdlatul Ulama (NU) di Sumatra Utara . Pesantren Musthafawiyah pun menancapkan namanya di bumi nusantara sebagai pusat perkembangan Nahdlatul Ulama di Sumatra Utara

Untuk keanggotaanya sementara, al-Ittihadiyah Islamiyah Indonesia dileburkan kedalam NU sehingga seluruh anggota organisasi tersebut resmi menjadi anggota NU Tapanuli, selain al-Ittihadiyah Islamiyah Indonesia, terdapat empat cabang dari al-Washliyah di Tapanuli yang meminta untuk masuk ke dalam NU.

Kongres juga berhasil menetapkan tiga tokoh utama yang bertugas untuk menyusun kepengurusan NU selanjutnya. Mereka adalah H. Bahruddin Thalib Lubis, H. Dja’far Abdul Wahab dan Muhammad Amin Awwal. Ketiga tokoh tersebut berhasil menyusun kepengurusan, dan Syekh Musthafa Husein dipilih sebagai penasehat.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN