Tuhan yang Berkebudayaan dalam Pandangan Buya Syakur Yasin

 
Tuhan yang Berkebudayaan dalam Pandangan Buya Syakur Yasin

LADUNI.ID, Jakarta - Belakangan ini, kita dibuat ribut oleh istilah baru yang lahir dari Rancangan Undang-undang Haluan Ideologi Pancasila (RUU HIP), yakni Ketuhanan yang Berkebudayaan. Istilah ini sontak melahirkan polemik di tengah masyarakat yang notabene sudah menerima Pancasila sebagai ideologi yang final, khususnya sila pertama yakni Ketuhanan Yang Maha Esa.

KH Buya Syakur Yasin dalam salah satu ceramah yang tayang di akun Youtube resminya menyampaikan bahwa dalam kajian psikolingustik, yang dapat kita lihat seharusnya bukan verbalnya melainkan maksud dan tujuan sang pembicara. Hal yang berbahaya adalah, ketika Allah berbicara tetapi orang-orang menafsirkan masing-masing menurut aliran ideologinya.

Dalam kata insya Allah saja misalnya, yang artinya ‘apabila Allah berkehendak’, sebagaimana dalam Surat Al Kahfi ayat 23-24.

ولا تقولن لشيء إني فاعل ذلك غدا. إلا أن يشاء الله

Wa laa taquulanna lisyai’in inni faa ‘ilun dzalika ghadan, illa ayyasyaa Allah

Artinya: Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu, “Aku pasti melakukan itu besok pagi,” kecuali (dengan mengatakan), “Insya Allah.”

Dalam contoh ayat Al-Qur’an ini, kata insya Allah sebenarnya berkonotoasi komitmen bahwa besok saya akan melakukan apabila Allah mengizinkan. Akan tetapi, dalam bahasa sehari-hari, kata

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN