Bidadari Surga Menurut Prof Quraish Shihab

 
Bidadari Surga Menurut Prof Quraish Shihab

LADUNI.ID, Jakarta - Bidadari, sebagaimana banyak disebut di dalam Al-Qur’an seringkali dipahami sebagai seorang perempuan, sebab penyebutannya bidadari bukan bidadara atau laki-laki. Hal ini sebagaimana terdapat dalam salah satu ayat Al-Qur’an sebagai berikut.

مُتَّكِـِٕيْنَ عَلٰى سُرُرٍ مَّصْفُوْفَةٍۚ وَزَوَّجْنٰهُمْ بِحُوْرٍ عِيْنٍ (٢٠

Muttaki-iina 'alaa sururin mashfuufatin wazawwajnaahum bihuurin 'iinin

Artinya: “Mereka bertelekan di atas dipan-dipan berderetan dan Kami kawinkan mereka dengan bidadari-bidadari yang cantik bermata jeli.” (Q.S. At-Thur [52] ayat 20)

Berdasarkan keterangan tafsir dari Prof Dr H M Quraish Shihab, apa yang disampaikan di dalam Al-Qur’an dengan menerjemahkan kata hurin ‘in sebagai bidadari itu tidak tepat, di mana penerjemahan tersebut sangat berkaitan dengan sex.

Padahal, menurut Quraish Shihab, dalam bahasa Al-Qur’an yang disebut dengan istilah hurin ‘in adalah berarti “matanya lebar” dan bisa juga berarti “matanya sipit”. Kalau diartikan secara harfiah, bidadari itu adalah seorang (bisa jadi laki-laki dan bisa jadi perempuan) yang matanya sipit, bisa juga yang matanya lebar.

Ketika bahasa hurin ‘in itu dikaitkan dengan bahasa metafora maka arti dari kata “matanya sipit” adalah orang yang tidak memandang kepada orang lain kecuali kekasihnya, sedangkan kata “matanya lebar” bisa jadi berarti orang yang memiliki pengetahuan luas.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN