Makna Al-Muqshith Lebih dari Sekadar Adil

 
Makna Al-Muqshith Lebih dari Sekadar Adil

LADUNI.ID, Jakarta - Ada salah satu sifat Allah, yaitu Al-Muqsith, qisth. Qisth itu berbeda dengan adil. Bila adil adalah menuntut semua hak dan memberi semua kewajiban. Sementara adil dalam hal sengketa adalah, menjatuhkan sanksi kepada yang bersalah, itu merupakan sanksi yang wajar. Pencuri, keruptor, misalnya akan mendapat sanksi sesuai dengan perbuatannya sendiri.

Hal itu berbeda dengan adil dalam arti hubungan antarmanusia, termasuk dalam bisnis. Dalam hal ini yang dituntut bukan adil, tetapi qisth. Qisth itu adalah win-win, sama-sama menang, sama-sama senang. Contohnya, saya punya dua anak, anak yang lebih tua dan adiknya. Suatu waktu, si adik merampas mainan kakaknya, lalu kakaknya pun menangis.

Bila kita mau adil, maka kita akan mangatakan, “Itu mainan bukan kamu punya, kasihkan kakakmu”. Tapi kemudian sang adik lah yang akan menangis. Akan tetapi, bila kita mau melakukan qisth, beti tahu lah pada kakaknya, “nak kasih saja adikmu itu, nanti ayah akan belikan lagi yang lebih bagus”.

Imam Al-Ghazali pernah menceritakan bahwa di hari kemudian ada orang-orang yang datang kepada Allah. Dia mengadukan orang lain kepada Allah. “Ya Allah, waktu di dunia si A ini Melakukan ini itu terhadap saya. Saya sekarang datang kepadamu.” Kemudian Allah menjawab, “Kamu mau apa?”, “Saya mau ganjarannya.” Maka, orang itulah kemudian yang diistilahkan oleh Nabi sebagai orang bangkrut,

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN