Belajar Dermawan sejak Masih Miskin, Sebab ketika Kaya Belum Tentu Bisa

 
Belajar Dermawan sejak Masih Miskin, Sebab ketika Kaya Belum Tentu Bisa
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Dalam salah satu ceramahnya yang khas—santai tapi sarat makna—KH. Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha menyampaikan pesan yang begitu menyentuh;

“Belajarlah menjadi dermawan sejak kamu masih miskin, karena saat sudah kaya, belum tentu kamu mampu bersedekah.”

Sekilas, terdengar sederhana. Tapi jika direnungkan, pesan ini mengandung kedalaman luar biasa. Gus Baha menjelaskan bahwa sering kali, justru saat kita belum punya banyak, memberi itu terasa ringan. Tapi ketika harta sudah melimpah, kewajiban untuk berbagi malah terasa berat.

Sebagai contoh, beliau menggambarkan hukum zakat dalam peternakan kambing. Jika seseorang memiliki 40 ekor kambing, zakatnya adalah 1 ekor. Kalau punya 80 ekor, zakatnya 2 ekor. Punya 160 ekor, zakatnya 4 ekor, dan seterusnya. Bayangkan seseorang memiliki 4.000 ekor kambing—maka zakatnya menjadi 80 ekor. Di sini meskipun persentasenya sama, secara jumlah tentu jauh lebih berat dibandingkan yang hanya memberi satu ekor.

Dengan gaya khasnya yang ringan dan menghibur, Gus Baha menjelaskan sembari berkelakar;

“Jadi, kalau kalian ingin dermawan pada kyai ya sekarang, waktu masih miskin! Misalnya, santri hanya punya dua ekor ayam jago. Saat kyai minta satu, masih bisa dikasih. Tapi kalau nanti sudah punya mobil mewah seperti Alphard atau Fortuner, lalu kyai minta satu, bisa jadi jawabannya: ‘Maaf, yai, yang itu jangan dulu.’”

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN