Kisah Kiai Abdurrahman: Sosok Pendiri NU Bali Asal Loloan Barat
Laduni.ID, Bali - Pada puncak acara kegiatan Maulid Nabi Muhammad SAW dan Haul Almagfurlah KH. Abdurrahman yang Ke-16 di Pondok Pesantren Darut Ta’lim Loloan Barat, Jembrana tahun lalu (Senin, 18/11/2019), turut dibacakan pula auto biografi KH Abdurrahman dalam rangka mengenang kembali perjuangan dan perjalanan dakwah pendiri dan juga pengasuh pertama Pondok Pesantren tersebut. Berikut kisahnya yang dibacakan oleh Gus Hasbil Ma’ani.
***
Kiai Abdurrahman lahir pada tahun 1907 di Loloan Barat dengan nama Muhammad Qasim dari keluarga Ulama Bugis-Melayu Loloan. Ketika kecil Abdurrahman belajar agama dari kedua orang tuanya, namun menginjak usia 10 tahun dia dikirim ke daerah Pengastulan (Buleleng) untuk mengaji Al-Qur’an untuk Tuan Guru Abdul Hamid hingga mengunjungi 18 tahun.
Pada tahun 1925, Datuk Haji Mahmud mengirimkan Muhammad Qasim remaja ke Jazirah Arabia, dipindahkan ke kota Suci Mekkah yang waktu itu memang menjadi tempat tujuan belajar bagi masyarakat Islam Nusantara.
Di kota Mekah ia bermukim di kediaman Syeikh Isa Palembang yang telah menjadi penduduk tetap kota Mekah dan belajar berbagai disiplin ilmu agama dari sejumlah ulama besar yang mengajar di sana. Di antara guru-guru beliau adalah Syeikh Alwi Al-Maliki, Syeikh Umar, Syeikh Hamdan al-Maghrabi serta seorang ulama besar ilmu hadits asal Palestina.
Di kota suci ini pula ia bertemu dengan para santri Indonesia yang lain seperti TG. Zainuddin Pancor NTB, Wahid Hasyim Jombang dan Ambo Dalle ‘Sulawesi. Di antara temannya yang paling akrab adalah Wahid Hasyim. Menurut penuturannya yang ditulis semasa hidupnya, setiap hari dia dan Wahid Hasyim pergi ke pedalaman dan bermain bola bersama orang-orang Badui. Dan terkait sepak bola, Wahid Hasyim yang saat itu sedang suka menulis, acapkali mengirimkan essai tentang watak dan kebiasaan orang Badui ke majalah Jumhuriyah.
Memuat Komentar ...