Ketika Jalaluddin Rumi Menampar Kaum Intoleran
LADUNI.ID, Jakarta - Alkisah, ada seorang muadzin bersuara jelek di negeri mayoritas Kristen. Walaupun ia bersuara jelek, ia tetap pede mengumandangkan adzan dan tak menghiraukan himbauan dari teman-temannya sesama umat Islam.
Hingga suatu ketika, datanglah seorang pendeta kepada muadzin tersebut dan memberikan berbagai kemewahan dunia yang begitu melimpah sebagai tanda terima kasih yang mendalam dari sang pendeta pada muadzin tersebut. Karena penasaran maka orang-orang Islam yang lainnya bertanya pada sang pendeta.
"Wahai pendeta, kebaikan apakah kiranya yang anda peroleh dari seorang muadzin bersuara jelek ini?”.
- Baca juga: Tarian Sufi: Gerakan Sufi Mengingat Kematian
Sang pendeta pun menjawab, "Sesungguhnya saya mempunyai seorang putri jelita yang sangat aku sayangi dan kini sedang jatuh cinta pada seorang muslim yang shaleh”.
Aku mengkhawatirkan, pada suatu saat nanti ia akan meninggalkanku dan agama yang kami peluk. Hingga di suatu pagi buta, putriku terbangun oleh suara adzan dan bertanya padaku, "Ayah suara jelek dan berisik apaan sih itu?”.
Aku pun menjawab, "itu adalah suara adzan, yakni panggilan shalat bagi umat Islam. Putriku langsung tercengang dan hampir tak percaya, bagaimana mungkin indahnya ajaran Islam yang selalu ditampilkan oleh kekasihnya memiliki panggilan beribadah sejelek itu?”.
Memuat Komentar ...