Kebohongan Ibu: Refleksi Hari Ibu 22 Desember
LADUNI.ID, Jakarta - Seumur hidup kita menggendong orangtua di pundak kita, tidak akan bisa membalas jasa-jasa orang tua kita. Betapa besar pengorbanan seorang ibu untuk kita. Tulisan ini hendak mengingatkan kita bagaimana perjuangan seorang ibu dalam mendidik dan membesarkan kita.
Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita percaya bahwa kebohongan akan membuat manusia terpuruk dalam penderitaan yang mendalam, tetapi kisah ini justru sebaliknya.
Dengan adanya kebohongan ini, makna sesungguhnya dari kebohongan ini justru dapat membuka mata kita dan terbebas dari penderitaan, ibarat sebuah energi yang mampu mendorong mekarnya sekuntum bunga yang paling indah di dunia.
***
Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai seorang anak laki-laki di sebuah keluarga tani yang pas-pasan. Bahkan untuk biaya sekolah saja, seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan porsi nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata:
"Makanlah nak, aku tidak lapar". Ini adalah “kebohongan” ibu yang pertama.
- Baca juga: Habib Nurmagomedov: Janji Saya kepada Ibu
Ketika saya mulai tumbuh dewasa, ibu yang gigih sering meluangkan waktu senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekat rumah, ibu berharap dari ikan hasil pancingan, ia bisa memberikan sedikit makanan bergizi untuk petumbuhan.
Memuat Komentar ...