Kisah Seorang Pendeta dan Khalifah yang Bijak
Laduni.ID, Jakarta - George (Jirjis ) Bakhtishu, pendeta Nestorian, berkebangsaan Persia, filsuf dan dokter terkemuka pada masanya. Ia datang ke Baghdad, pada zaman Khalifah Abu Ja'far Al-Manshur. Kepiawaiannya sebagai ahli medis dikenal luas. Khalifah mengangkatnya sebagai kepala Bimaristan (rumah sakit). Hubungannya dengan khalifah demikian akrab, sehingga ia pun diangkat menjadi dokter pribadinya.
Ada kisah yang mungkin menarik bagi kita. Pendeta Bakhtishu ini mempunyai seorang istri, penampilan dan wajahnya menurut kacamata umum tidak cukup menarik. Khalifah ingin sekali menggembirakan hatinya. Ia menawarkan tiga orang perempuan muda yang elok-elok (hisan) untuk dipilih salah satunya, menjadi istrinya. Tetapi tawaran ini ditolaknya sambil mengatakan dengan rendah hati:
أَنَّ دِيْنِى لَا يَسْمَحُ لِى بِاَنْ أَتَزَوَّجَ غَيْرَ زَوْجَتِى مَا دَامَتْ حَيَاةٌ
“Maaf, paduka yang mulia, agama saya tidak memperkenankan saya mengawini perempuan lain sepanjang istri saya masih hidup.”
Hari-hari terus berjalan. Sang pendeta terus mengabdi untuk kemanusiaan, meski usianya bertambah tua. Di samping bekerja sebagai dokter, ia juga menerjemahkan buku-buku karya para sarjana dan filsuf Yunani. Seperti pada umumnya orang usia lanjut, ia pun sakit-sakitan. Khalifah seperti cemas kehilangan dia. Ia berusaha mengobati dan merawatnya dengan sebaik-baiknya. Seluruh biaya pengobatan ditanggung kerajaan.
Memuat Komentar ...