Pelajaran dari Imam Azwad: Merasa Malu Meskipun Ahli Puasa
LADUNI.ID, Jakarta - Dalam kitab Siyar A’lâm al-Nubalâ’, Imam Al-Dzahabi mencatat sebuah riwayat ketika Imam Aswad bin Yazid berada di masa akhir hidupnya. Berikut riwayatnya:
Lعن يزيد بن عطاء، عن علقمة بن مرثد قال: كان الأسود يجتهد في العبادة، ويصوم حتى يخضرّ ويصفرّ، فلما احتُضِر بكى، فقيل له: ما هذا الجزع؟ فقال: مالي لا أجزع، والله لو أُتيتُ بالمغفرة من الله لأهمّني الحياءُ منه ممّا قد صنعتُ، إنّ الرجل ليكون بينه وبين آخَرَ الذنب الصغير فيعفو عنه، فلا يزال مستحيًا منه.
Dari Yazid bin ‘Atha, dari ‘Alqamah bin Martsad, ia berkata: “Al-Aswad (bin Yazid sangat) rajin beribadah dan berpuasa hingga menua. Ketika ia menjelang wafat, ia menangis. Ditanyakan kepadanya: “Kepanikan (macam) apa ini?” (Imam) Al-Aswad menjawab: “Aku tidak panik (karena kematian). Demi Allah, meskipun aku diberikan ampunan oleh Allah, rasa malu(ku) atas apa yang telah kuperbuat (di kehidupan ini) tetap membuatku gelisah. Sesungguhnya seseorang itu berada di antara (diri)nya dan dosa kecil terakhir(nya), lalu Allah mengampuninya, maka (orang tersebut sudah sepantasnya untuk) terus merasa malu kepada-Nya” (Imam al-Dzahabi, Siyar A’lâm al-Nubalâ’
Memuat Komentar ...