Kisah Kiai Abdul Adzim Sidogiri Tetap Berjamaah Meski Sakit Parah

 
Kisah Kiai Abdul Adzim Sidogiri Tetap Berjamaah Meski Sakit Parah

LADUNI.ID, Jakarta - KH. Abdul Adzim Sidogiri Pasuruan sangat memegang teguh syariat Allah SWT. Kondisi bagaimana pun, beliau tetap menjalankan syariat dengan sebaik-baiknya, khususnya shalat lima waktu. Semasa hidupnya tak pernah mau meninggalkan shalat berjemaah lima waktu di masjid. Sepuluh menit sebelum sampainya waktu shalat, beliau sudah mondar-mandir di masjid untuk mengingatkan agar shalat berjamaah. Bahkan sebelum subuh, beliau sendiri yang memukulkan bel dan membangunkan santri di sekitarnya.

Cara beliau membangunkan santri ialah dengan cara mendorong bilik-bilik cangkruk sampai miring dengan tongkatnya. Setelah santri terbangun, beliau tarik kembali tongkatnya, lalu bilik-bilik cangkruk itu kembali seperti semula. Kiai ini sangat disiplin menjaga waktu shalat. Terbukti dalam menentukan waktu shalat, beliau membawa tiga jam untuk perbandingan.

Bahkan beliau sendiri yang memukul bel kloning (bel sekolah) yang terletak di bawah pohon mangga di depan ndalem-nya kala itu. Sehingga dalam menentukan waktu harus tepat. Karena itulah masyarakat Sidogiri berpegang pada waktu beduk Sidogiri. Sebab, beduk Sidogiri pasti cocok waktunya, lantaran dipegang langsung oleh Kiai Abdul Adzim. Beliau tidak pernah shalat di akhir waktu dalam keadaan apapun. Malah kalau ada tamu, beliau tidak segan-segan meninggalkannya, jika sudah masuk waktu shalat.

Biasanya beliau mengajak tamunya untuk mengikuti salat berjamaah di Masjid. Sebelum shalat, biasanya Kiai Abdul Adzim duduk terlebih dahulu sekitar 15 menit, kemudian berdiri langsung takbir, ”Allahu Akbar!”.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN