Tentang "Kebangkrutan" Beragama

 
Tentang
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Kesholehan individu, seperti rajin shalat, rajin membaca Al-Qur'an, puasa, haji dan sebagainya selalu menuntut lahirnya kesholehan atau kebaikan sosial. Misalnya, tentang shalat, Al-Qur'an menyatakan shalat itu dimaksudkan agar manusia tidak melakukan perbuatan jahat dan munkar (tak disukai orang). Tentang puasa, Al-Qur'an mengatakan supaya manusia bisa mengendalikan diri dari melakukan perbuatan yang melanggar hukum (takwa). Dan agar manusia merasakan beratnya lapar untuk pada gilirannya memiliki kepekaan sekaligus solidaritas sosial. Haji mengajarkan kesetaraan manusia dan menyerukan persaudaraan kemanusiaan, dan seterusnya. 

Nah, manakala ritual-ritual personal tersebut (ibadah individual) tidak melahirkan kesholehan sosial dan kemanusiaan, maka untuk tidak mengatakan sebagai keberagamaan yang sia-sia, bisa dikatakan sebagai sebuah "kebangkrutan" dalam beragama. Lebih lagi jika melahirkan sikap-sikap hidup destruktif terhadap kepentingan sosial kemasyarakatan.

Nabi SAW pernah menyinggung persoalan ini melalui dialog yang indah. Beliau bertanya kepada para sahabatnya tentang "kebangkrutan", sebagaimana dalam riwayat Hadis berikut:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : أَتَدْرُونَ مَاالْمُفْلِسُ ؟ قَالُوا: الْمُفْلِسُ فِينَا يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ لَا دِرْهَمَلَهُ وَلَا مَتَاعَ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: الْمُفْلِسُ مِنْ أُمَّتِي مَنْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاتِهِ وَصِيَامِهِ وَزَكَاتِهِ، وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا، وَقَذَفَ هَذَا، وَأَكَلَ مَالَ هَذَا، وَسَفَكَ دَمَ هَذَا، وَضَرَبَ هَذَا، فَيَقْعُدُ فَيَقْتَصُّ هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ، وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ، فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْتَصَّ مَا عَلَيْهِ مِنَ الْخَطَايَا، أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَ عَلَيْهِ، ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN