Tahun 1634 Orang Banten Sudah Mesantren Ke Makkah

 
Tahun 1634 Orang Banten Sudah Mesantren Ke Makkah
Sumber Gambar: nonstopnews.id

Laduni.ID, Jakarta - Banten adalah salah satu daerah di kepulauan Nusantara yang memiliki kesinambungan tradisi keilmuan Islam tertua. Tercatat dalam sejarah, sejak tahun 1634 orang Banten sudah menuntut ilmu di Makkah. Mereka adalah para bangsawan dari Kesulthanan Banten yang diutus Sultan Banten, Abul Mufakhir, dengan diberi tugas untuk menerima gelar Sultan dari Syarif Makkah. Selain tugas tersebut kesempatan itu digunakan untuk nyantri dan berhaji. Mereka adalah Aria Wangsakara, Aria Jaya Santika dan Labe Panji. Di Makkah mereka mengaji kepada Ibnu Allan dan berhasil menyalin kitab-kitab karya Ibnu Allan untuk diajarkan di Banten. Pada masa ini pula Syekh abdul Syukur Kasunyatan mesantren di Makkah.

Tradisi nyantri di Makkah juga dilanjutkan pada zaman Sultan Agung Tirtayasa (1651-1683) dengan mengirim rombongan yang dipimpin Santri Betot tahun 1651. Sultan Agung Tirtayasa pula mengambil menantu santri Makkah yang bernama Syekh Yusuf Taaj al Khalwati. Syekh Yusuf berasal dari Makassar yang ketika ingin mesantren ke Makkah harus melalui pelabuhan Banten, di sana ia bertemu dengan Pangeran Surya dan terjalin pertemanan antara keduanya. Kelak ketika Syekh Yusuf pulang dari Makkah, Pangeran Surya ini telah menjadi Sultan Banten dengan gelar Sultan Ageng Tirtayasa. Kemudian Pada tahun 1675, putra mahkota Banten, Pangeran Abdul Qahhar juga berhaji sambil nyantri di Makkah.

Sultan Zainul Asyiqin yang memerintah Banten pada tahun 1753-1773 adalah seorang santri dari ulama asal Syuriah yang bernama Syarif Musa bin Abdullah al Hamawi. Keterangan itu didapatkan dari kitab yang berisi Tarekat Qadiriyah Al Rifa’iyyah milik Sultan yang terdapat di koleksi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI).

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN