Tidak Ada Istilah Balas Budi
Laduni.ID, Jakarta - “Ibu mau serabi nya ya sepuluh ribu aja,” ujarku pada Bu Endah penjual kue serabi.
“Iya, Mbak,” jawabnya “Pak tolong dibungkusin serabinya lima buat Mbak Syifa,” perintah Bu Endah kepada Pak Rano suaminya.
Setelah menyerahkan uang dan menerima kue serabi aku berniat pulang, tetapi tiba-tiba hujan turun dengan derasnya, sementara aku tidak membawa payung.
Akhirnya aku meminta izin kepada bu Endah dan pak Rano untuk berteduh sebentar di warungnya.
Warung sederhana yang ada di samping rumahnya sebagai tempat berjualan kue serabi.
Dulu kata bu Endah bahan bakarnya kayu, tetapi sekarang karena jaman sudah modern pakai kompor gas, karena kayu sudah susah dicari.
“Maaf ya Bu, saya jadi numpang berteduh?”
“Nggak apa-apa Mbak, malah jadi ramai kita ya, Pak,” ujar Bu Endah disambut anggukan kepala Pak Rano.
“Ibu sama Bapak kok rajin banget, maaf sudah mau sepuh tapi masih mau dagang?” tanyaku.
“Ya memang ini kan mata pencaharian kami, buat makan sehari-hari, Mbak,” jawab mereka bersamaan.
“Tapi anak-anak bapak sama ibu kan sudah sukses, mbak Nurul sudah jadi guru, mas Galih sudah jadi polisi, sama mbak Fitri sudah jadi bidan, kok bapak masih mau kerja?” tanyaku kepo.
Memuat Komentar ...