KH Abdulloh Salam Kajen: Ono Rendeng, Ono Ketigo

 
KH Abdulloh Salam Kajen: Ono Rendeng, Ono Ketigo
Sumber Gambar: Dok. Laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta – Adakalanya musim penghujan datang. Adakalanya musim kemarau menggantikan. Demikian bunyi tulisan dalam sepucuk surat yang dikirimkan oleh KH Abdulloh Salam Kajen (menantu KH. Ismail adik KH. Sholeh Sindon) kepada keponakannya, KH Sahal Mahfudh. Saat itu Sahal muda sedang mondok di Pare, Kediri. Usai menamatkan pendidikannya di Perguruan Islam Mathali'ul Falah.

KH Abdulloh Salam adalah paman yang menjadi pengampu atau wali bagi sahal muda, semenjak abah-ibunya wafat, ketika beliau masih berusia 11 tahun. Sang Ibu, Nyai Badi'ah wafat hanya berjarak 10 bulan dari sang suami, KH Mahfudz Salam. Jadilah Sahal muda, yatim piatu pada usia 11 tahun.

Sang pamanlah yang setiap bulan mengirimkan uang saku untuk kebutuhan kesehariannya di pesantren. Surat tersebut datang bersama dengan uang saku yang dikirimkan dengan jumlah kurang dari biasanya. Kiai Abdulloh Salam mengirimkan uang bulanan beserta sebaris kalimat yang cukup berkesan. Walau hanya seruntut kata, Sahal muda memahami betul apa arti pelajaran dan hikmah yang hendak disampaikan oleh sang paman.

Hidup ini memang harus dilalui dengan keteguhan dan ketulusan. Hujan dan badai, musim hujan ataupun kemarau bukan halangan dalam perjuangan. Seberapapun kemampuan finansial yang dimiliki, atau seberapapun kesusahan dan kebahagiaan yang didapat, tekad dalam berjuang tetap harus digelorakan.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN