Bertuhan Secara Kondisional

 
Bertuhan Secara Kondisional
Sumber Gambar: Dok. Laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta – Ada banyak orang yang bertuhan secara kondisional; Bila kondisinya enak, maka dia bertuhan, dia puji Tuhan, dia bersyukur pada Tuhan dan dia pun rajin beribadah. Akan tetapi bila kondisinya tidak enak, maka dia mulai meragukan Tuhan, mempertanyakan kebaikan dan kemuliaan-Nya, bahkan bila kondisinya sangat buruk dia menjadi ateis yang sama sekali tidak mempercayai Tuhan.

Saya ingat dulu di waktu kecil sering melihat film India yang aktornya ngancam-ngancam Tuhan. Ketika sampai pada adegan di mana aktornya terkena musibah besar dan kesulitan bertubi-tubi, maka si pemeran protagonis berteriak sekuat tenaga, "Tuhan, bila engkau tidak membantuku sekarang, maka aku tidak akan menyembahmu." Petir pun menggelegar mendengar ancaman itu seolah Tuhannya merespons dan akhirnya kesulitannya mengabulkan permintaannya seolah takut kehilangan hamba.

Kebanyakan agnostik atau pun ateis sekarang ini muncul dari kebertuhanan yang kondisional ini. Beberapa tidak kuat melihat musibah yang beruntun terjadi pada dirinya atau orang sekitarnya. Beberapa lagi muak terhadap tindakan orang-orang beragama yang hanya manis di mulut tapi ia merasa tingkah mereka busuk dan munafik. Mereka memilih tidak bertuhan atau cuek pada ketuhanan karena keputusasaan dan kemuakan semacam itu. Pemikiran filosofis yang seolah benar tentang ateisme dicari belakangan dan dicocok-cocokkan untuk menutupi alasan keputusasaannya.

Kesalahan orang semacam itu adalah karena menjadikan Tuhan sebagai sosok pembantu umum yang Maha Hebat. Tuhan dianggapnya sebagai pembantu serba bisa yang harus menuruti kemauannya, kalau tidak maka dia marahi, dia ancam bahkan dia pecat dari jabatan Tuhan. Baginya sosok Tuhan seolah alien besar di luar planet ini yang menguping dan memonitor segala tindakannya sehari-hari dan punya kepentingan untuk disembah manusia sehingga manusia punya daya tawar untuk berkata: "Kalau lo ngebantu gue, maka gue sembah lo. Kalau nggak, maka gak ada urusan gue sama lo yang cuma nongkrong di atas sana."

Andai dia mau sedikit berpikir, untuk apa juga sejak awal dia menyembah Tuhan pembantu umum yang harus mengabdi padanya dan wajib membantu urusan dan kepentingannya? Untuk apa juga dia menyembah Tuhan yang tak lebih dari sosok alien yang butuh kerjasama itu? Sejak awal dia sendiri memang bodoh karena menyembah Tuhan yang lemah.

Seseorang yang tercerahkan tidak akan menyembah Tuhan yang sedemikian. Yang layak disembah adalah Tuhan yang Maha Agung, Maha Berkehendak Bebas Sesukanya, Maha Kuasa sehingga tidak bisa diatur atau dipaksa-paksa, Maka Kaya yang tidak butuh apa pun. Karena kesempurnaan-Nya, maka kita patut membungkuk dan bersujud menyembahnya. Karena kita sangat lemah, maka kita patut mengakui kebesarannya. Justru karena berkuasa mutlak untuk tidak mematuhi semua keinginan siapa pun, maka Allah layak dianggap Tuhan. Justru karena berhak melakukan apa pun yang dihendaki tanpa ada yang bisa mendesak atau mengontrol-Nya, maka kita menyembah Allah dan menuhankan-Nya.

Karena itu, orang yang tercerahkan tidak bertuhan secara kondisional tetapi bertuhan di setiap kondisi. Bila mendapat kebaikan, maka dia bersyukur pada Tuhan. Bila mendapat hal yang tidak enak, maka dia bersabar dengan iman.

 

Oleh: Abdul Wahab Ahmad

Sumber: https://www.facebook.com/wahabjember/posts/10208880817173904