Al-Mustashfa, Kitab Terakhir al-Ghazali

 
Al-Mustashfa, Kitab Terakhir al-Ghazali
Sumber Gambar: Foto (ist)

Laduni.ID Jakarta - Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad al-Ghazali atau yang lebih akrab disebut al-Ghazali adalah jenius raksasa yang hidup pada abad kelima hijriyah. Reputasinya sebagai tokoh papan atas dalam wacana islamic studies bahkan pernah membuat “iri” gurunya sendiri, Abu al-Ma’aaly al-Juwaini, Imam al-Haramain. Al-Haramain, sebagaimana disebut oleh al-Dzahabi, pernah menyebut al-Ghazali, muridnya, sebagai “Lautan yang menenggelamkan”. 

Al-Ghazali memang intelektual yang hampir menguasai berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Mulai ilmu kalam, Tafsir, fikih, filsafat, mantiq, tasawuf, politik hingga ushul fiqh. Dari itu, dalam diri al-Ghazali seperti tersedia berbagai “menu” apapun yang jika manusia sesudahnya membutuhkan tinggal memungutnya dalam “Madrasah al-Ghazaliyah”. Ia memiliki gelar Hujjatul Islam, sebuah gelar yang tak pernah disematkan kepada manusia lain, baik sebelum maupun sesudah al-Ghazali. 

Sebenarnya, jika memotret masa kecil dan keluarga al-Ghazali tampak ada sesuatu yang kontras dalam hidupnya. Ia lahir dari keluarga miskin. Akses dan fasiltas untuk menuntut ilmu sulit. Bapaknya seorang pemintal kain, dari ini kemudian ada yang menyebut nama al-Ghazali adalah penisbatan kepada pekerjaan bapaknya di samping ada yang menyebut nama itu adalah nisbat kepada  sebuah daerah yang hidupnya penuh keperihatinan. Sesaat sebelum wafat, ayah al-Ghazali berwasiat kepada seorang koleganya tentang pendidikan al-Ghazali dan adiknya yang bernama Ahmad. 

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN