Ketika Sejarah Digali oleh Seorang Penyair

 
Ketika Sejarah Digali oleh Seorang Penyair
Sumber Gambar: Dok. Laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta – Jika itu gagasan yang kuat, otentik, datang dari hati, cetuskan saja. Di awal, sangat mungkin gagasan baru itu banyak penentangnya. Penjaga status quo, selalu tak nyaman dengan apapun yang baru, menyimpang. Gagasan baru itu dianggap uncoventional wisdom. Aneh. Bahkan terasa nyinyir. Tapi gagasan yang kuat akan mencari kakinya sendiri. Pada waktunya, gagasan itu akan melahirkan komunitasnya sendiri. Prinsip ini yang saya ingat ketika menerima pesan.

Pagi itu, awal Juni 2021, Anwar Putra Bayu, seorang penyair dari Sumatra Selatan, mengirimkan pesan pada saya di WA jaringan pribadi. Sudah sekitar 2-3 tahun saya tak berkomunikasi intens dengan Anwar Putra Bayu. Pesan darinya pagi itu saya perhatikan khusus.

“Minggu kemarin ada peluncuran buku puisi Esai Tunggal yang pertama di Singapore. Juga pertama yang ditulis oleh seorang perempuan. Buah dari sosialisasi saya tempo hari. Salam sehat.”

Segera saya balas, “Wah! Selamat, bro. Mohon kirim bukunya. Saya hendak membaca.”

Selama ini yang ada beberapa penyair Singapura hanya menyumbangkan satu puisi esai, dikumpulkan bersama puisi esai penyair lain dalam satu bunga rampai.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN