Isu Dicoronakan, Ustadz Ma'ruf Khozin: Jangan Goblok Berlebihan

 
Isu Dicoronakan, Ustadz Ma'ruf Khozin: Jangan Goblok Berlebihan
Sumber Gambar: Dok. Laduni.ID

Laduni.D, Jakarta – Sabtu, 12 Juni, saya pertama kali ke RSI Jemursari Surabaya. Swab Antigen positif. Saya diminta isolasi di RSI tapi saya minta isolasi mandiri. Dokter pun mengizinkan. Sebelum pulang saya difoto Rontgen. Saat itu saya belum tahu hasilnya.

Senin, 2 hari berikutnya, saya balik ke RSI Jemursari karena tidak mampu dengan nyeri di kepala. Swab PCR ternyata positif. Saya difoto Rontgen kedua kalinya.

Setelah seminggu, ada perawat menemui saya dan bertanya, "Bapak selama 2 hari kemana saja dari Sabtu ke Senin?" Saya jawab, “Isoman di rumah.”

Perawat ini memberi tahu hasil Rontgen 2 kali selama 2 hari, ternyata penuh bintik hitam dan saya merasa berat nafas sehingga memerlukan ventilator. Perubahannya sangat cepat dan drastis. Fungsi paru menurun dan mengarah pada gagal nafas.

Nafas saya putus-putus dan tidak mampu membaca 1 ayat pendek di juz Amma kecuali dengan 2 kali ambil nafas. Virus Corona ini sangat mengganggu di paru. Beruntunglah dokter dan perawat selalu memantau saturasi oksigen, Alhamdulillah selalu stabil di antara 96-98 baik dengan tingkat terendah dari ventilator hingga ke tingkat paling atas. Lagi-lagi saya tidak putus mengucapkan Alhamdulillah, Allah telah memberi keselamatan untuk melewati proses berat itu.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN