Belajar Mendidik Anak dari Ayah Habib Umar bin Hafidz
Laduni.ID, Jakarta - Anak adalah seorang peniru yang ulung, sebab tanpa orang tua sadari anak selalu mengikuti apa yang dilakukannya, baik itu dalam hal baik ataupun buruk. Hal itulah yang menjelaskan kenapa lingkungan keluarga dianggap sebagai al-madrasah al-ula atau sekolah pertama bagi anaknya.
Hati orang tua yang cinta dan tersambung pada Allah SWT dan Rasulullah SAW, akan ditiru (sebagai contoh) anaknya. Demikian juga hati orang tua yang cinta pada harta, pada kepopuleran, pada prestasi dunia, perhiasan, kekayaan, dan berbagai gemerlapnya dunia. Anak akan menyalin kecenderungan itu dengan sebaik-baiknya.
Disamping itu, orang tua juga harus mau nirakati anak, agar anak menjadi pribadi yang taat. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT berikut:
الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلًا
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amalan-amalan yang kekal lagi sholeh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” (QS. Al-Kahfi: 46).
Diriwayatkan oleh banyak kalangan ulama, bahwa zaman dulu Habib Umar bin Hafidz (bin Hafidz ini dinisbatkan kepada kakeknya, sementara nama ayahnya adalah Muhammad) yang saat ini menjadi ulama masyhur dengan keilmuan dan ketakwaannya itu, selalu dididik oleh ayahandanya dengan disiplin. Ketika Habib Umar bin Hafidz masih kecil (usia tujuh tahun), setiap malam Habib Muhammad (ayah Habib Umar) senantiasa membangunkannya untuk melaksanakan shalat Tahajjud.
Memuat Komentar ...