Menakar Pemahaman, "Akhlak Jauh Lebih Utama dari Ilmu"
Laduni.ID, Jakarta – Bahasanya jelas dan mudah di pahami, cuman banyak orang terpeleset memahami pribahasa semacam ini, karena tidak paham sejauh mana takaran yang di maksud dari bahasa itu sendiri. Sehingga banyak yang memahami bahwa akhlak di atas segala-galanya, akhlak terlalu agung dari sekedar ilmu, ilmu tiada guna tanpa akhlak, karena iblis lebih berilmu dari manusia namun tak berakhlak.
Perlu kita pahami bahwa statement semacam itu tidak bisa kita jewantahkan bulat-bulat begitu saja, ada makna tersimpan disana yang menjadi tolok ukur keabsahan statement itu sendiri. Jangan terlalu tekstual dalam memahami suatu teks. Ingat, kesalahan pemahaman yang sering di ucapkan dan di dengar lama-lama akan di anggap menjadi benar.
Sejatinya terdapat dua kondisi dimana ilmu tetap segala-galanya, ilmu tetap jauh di atas akhlak, satu kondisi akhlak di atas ilmu. Namun banyak yang memahami akhlak tetap mutlak di atas ilmu. Begini, kondisi yang dimaksud adalah, ilmu yang fardhu 'ain seperti tata cara shalat, wudhu, puasa, zakat, halal-haram, jual beli, dan sejenisnya, itu wajib didahulukan dari belajar akhlak.
Nabi diutus sebagai penyempurna akhlak ketika syariatnya atau halal haramnya sudah benar. Artinya pelajari dulu ilmu fikih, halal haram, shalat, puasa dan seterusnya, baru setelah itu perbaiki akhlak. Bagaimana mungkin akhlak kita bernilai ibadah kalau Kita tidak tau ilmu syariat? Kita tidak tau halal haram? Yang ada itu hanya akan menjadi dosa bagi kita.
Memuat Komentar ...