Pertemuan Kebudayaan Islam dan Yunani

 
Pertemuan Kebudayaan Islam dan Yunani
Sumber Gambar: Ilustrasi penterjemahan sebuah buku (Foto:Ist)

Laduni.ID, Jakarta- Ketika Nabi Muhammad wafat, tahun 632 M, para sahabatnya telah menyebar ke berbagai negeri, antara lain Irak, Syam (Syria, Yordania, Pakestina, Lebanon), Mesir dan Persia bahkan sampai China. Di tempat-tempat itu mereka bertemu, bersentuhan dan berinteraksi dengan kebudayaan setempat yang telah terbentuk dan mengakar. Ahmad Amin menginformasikan kepada kita bahwa ketika Islam masuk ke wilayah Syria dan Irak, kaum muslimin menemukan pikiran-pikiran dan kebudayaan masyarakat di wilayah tersebut yang diliputi oleh beragam kebudayaan, terutama Yunani, dan lebih khusus lagi pikiran Neoplatonisme, di samping Nasrani, Budha dan Zoroaster. Filsafat Yunani telah menyebar di Timur. Ketertarikan kaum muslimin pada kebudayaan di sana pada gilirannya menggerakkan Dinasty Umayyah di Damaskus untuk menerjemahkan karya-karya Yunani itu ke dalam bahasa Arab.

Adalah Khalid bin Yazid bin Mu’awiyah (634-704 M) disebut sejumlah penulis sebagai orang pertama yang memperkenalkan filsafat Neoplatonisme ke dunia kaum muslimin. Ia mengembara ke Iskandaria dan belajar di perpustakaan di sana selama beberapa tahun. Di tempat itu, di sebuah perpustakaan besar, ia mempelajari sekaligus menerjemahkan buku-buku filsafat, kedokteran, astronomi, sastra dan sebagainya.

Khalid bin Yazid adalah ilmuan Islam genius, cemerlang, sastrawan sekalis seorang filsuf. Seorang sejarawan mengatakan: "Khalid menerjemahkan buku-buku astronomi, kedokteran, kimia,militer, sastra, alat dan teknik, sehingga publik menyebutnya sebagai Ahli Hikmah dari Bani Marwan".

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN