Merajut Konsep Iman dan Islam dalam Relasi Sosial

 
Merajut Konsep Iman dan Islam dalam Relasi Sosial
Sumber Gambar: theguardian.com, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Dalam sebuah petikan riwayat Hadis, Nabi berpesan:

‎وَأَحْسِنْ إِلَى جَارِكَ تَكُنْ مُؤْمِنًا وَأَحِبَّ لِلنَّاسِ مَا تُحِبُّ لِنَفْسِكَ تَكُنْ مُسْلِمًا

“...dan berbuat baiklah kepada tetangga, maka kamu akan menjadi Mu’min, dan cintailah untuk manusia seperti apa yang kamu cintai untuk dirimu sendirimu, maka kamu akan menjadi Muslim.” (HR. Ahmad dan At-Tirmidzi)

Riwayat Hadis dinilai berstatus hasan oleh para ulama, bahkan juga oleh Syaikh Al-Bani. Hadis ini memiliki kandungan relasi sosial yang luar biasa dalam Islam. Nabi Muhammad menegaskan, keimanan dan keislaman kita tidak hanya dikaitkan dengan keyakinan akidah dan juga menjalankan syariat, tetapi juga bercirikan relasi sosial yang baik kepada tetangga dan manusia pada umumnya.

Dalam Kitab At-Taysir bi Syarhi Al-Jami’ As-Shaghir dijelaskan bahwa frase "takun mu’minan" dan "takun musliman" itu artinya sempurnanya iman dan Islam kita. Iman menjadi sempurna jika kita berbuat baik kepada tetangga. Islam kita menjadi sempurna jikalau kita mencintai umat manusia sebagaimana kita mencintai diri kita sendiri.

Intinya, kita tidak bisa menjadi seorang Mukmin dan Muslim yang baik kalau hanya mengandalkan ibadah semata dan melupakan relasi dengan sesama manusia. Semakin dekat kita kepada Allah, semakin baik hubungan kita dengan sesama. Kalau semakin rajin ibadah, tapi relasi sosial kita jelek, maka kita perlu melakukan introspeksi diri.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN