Kembalinya Taliban, dan Pembelajarannya untuk Indonesia

 
Kembalinya Taliban, dan Pembelajarannya untuk Indonesia
Sumber Gambar: Pasukan taliban berfoto di meja kerja presiden di kabul. Sang presiden, ashraf ghani, sudah kabur lebih dulu ke negara tetangga. Foto oleh ap/zabi karimi

Laduni.ID, Jakarta – Semalam, dunia menerima kabar, yang sebenarnya bukan sebuah kejutan bagi orang-orang yang belajar membaca pola dan memprediksi trajektori, bahwa Kabul, ibukota Afghanistan akhirnya kembali lagi dikuasai oleh Taliban.

Kesuksesan Taliban untuk kembali menguasai Afghanistan dan memproklamirkan berdirinya Islamic Emirate of Afghanistan dimulai dengan perebutan wilayah-wilayah di luar Kabul yang mengalami kekosongan bantuan militer pasca penarikan pasukan AS dan sekutunya secara gradual.

Kenapa Taliban bisa dengan cepat menguasai Afghanistan? Jawabannya simple sebenarnya, dan karakteristik ini saya temukan saat bekerja dan tinggal di negara-negara yang saat ini sedang bergejolak seperti di Iraq, Suriah maupun Afghanistan.

Yang pertama dan terutama adalah ketiadaan rasa nasionalisme. Afghanistan (dan Iraq maupun Syria) adalah negara-negara di mana loyalitas individu bukan kepada negara, tapi kepada suku dan klan. Mereka minim nasionalisme. Sehingga ketika bangsanya mengalami masalah, maka yang pertama akan mereka lakukan adalah meninggalkan bangsanya dan kembali ke suku dan klan mereka.

Ini yang terjadi di saat ISIS masuk ke Iraq, dan pola yang sama terlihat sekarang di Afghanistan. Taliban tidak perlu untuk mengeluarkan amunisi, sama seperti ISIS tidak membutuhkan penggunaan senjata yang luar biasa saat menguasai Mosul karena para aparat militer negara secara sadar meninggalkan seragam mereka sebagai aparat negara, dan kembali ke suku dan klan mereka.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN