Fenomena Seorang Penceramah

 
Fenomena Seorang Penceramah
Sumber Gambar: dok. pribadi

Laduni.ID, Jakarta – Terlebih di bulan Maulid dan acara-acara akhir sanah, banyak sekali para penceramah entah itu kiai gus atau ustadz ketika sedang berceramah terlebih di atas panggung, dengan mudahnya dan semangatnya mengutip hadits Nabi (hadits dha'if) yang berkaitan dengan "Targhib" dan "Tarhib" atau "Fadhailul A'mal" secara tanpa menjelaskan sanadnya. Meskipun ulama memang memperbolehkan jika hadits tersebut bukan soal hukum-hukum syariat atau halal haram.

Tapi masalahnya adalah terkadang hadits yang mereka kutip justru hanya membuat hadirin dan masyarakat salah paham. Sehingga masyarakat mengira dan yakin kalau itu memang benar-benar hadits dari Nabi. Lalu diamalkanlah hadits itu dengan dinisbatkan pada Rasulullah saw. Di sinilah banyak terjadi kesalahan seorang penceramah dalam menyampaikan hadits-hadits dha'if kepada hadirin. Ada aturan tersendiri dalam menyampaikan hadits-hadits dha'if.

"تحقيق القول في رواية الحديث الضعيف في الترغيب والترهيب"

وأعتقد أن سبب رواج هذا النوع من الأحاديث الواهية والمنكرة والموضوعة لدى جمهرة الخطباء وَالمُذَكِّرِينَ والواعظين هو إطلاق القول بأن جمهور العلماء يجيزون رواية الحديث الضعيف في فضائل الأعمال، والرقائق والزهد والترغيب والترهيب والقصص ونحوها، مما لا يتعلق به حكم شرعي من الأحكام الخمسة، من حل وحرمة، وكراهة، وإيجاب واستحباب

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN