Tak Ada Kata Cukup dalam Belajar
Laduni.ID, Jakarta – Dalam maqolah yang saya tandai ini, kurang lebihnya saya memahaminya adalah seperti ini, “Para Qurro'/guru ngaji al-Qur'an, tolok ukur keunggulannya adalah pada sejauh mana memahami ilmu tajwid.”
Maka secara garis besar para Qurro' ini digolongkan menjadi 2 kelompok:
1. Kelompok yang benar-benar memahami seluk beluk ilmu tajwid, baik secara riwayat, maupun pengqiyasan penentuan hukum terhadap penemuan kasus cara baca yang melenceng (bid'ah) pada zaman yang dia hadapi, dan juga benar-benar mampu untuk peka dalam membedakan pengucapan huruf maupun hukum bacaan yang sesuai bagaimana seharusnya atau tidak, inilah golongan para qurro' yang hadziq dan fathin (tajam pemahannya dan piawai dalam memahami seluk beluk tajwid).
2. Golongan yang memahami cara baca al-Qur'an atas dasar sekedar mendengar dan taqlid (hanya mutlak ikut-ikutan, tanpa menela'ah lebih jauh terhadap ilmu tersebut). Inilah golongan para qurro' yang wahin dan dho'if (tidak sampai derajat mampu memahami ilmu tajwid secara detail dan ilmiah, atau hanya sekedar manut), golongan ini akan sangat meragukan sekali, dan kebanyakan berpotensi tahrif dan tashif (menyimpang dari kaidah ilmu tajwid yang seharusnya, yang berakibat salah baca terhadap huruf-huruf al-Qur'an baik penerapan makhroj maupun sifat-sifat huruf, dll), karena memang caranya dalam mengambil bacaan dari jalur riwayat tidak disertai kefahaman yang mendalam.
Memuat Komentar ...