Manusia Langit, Keramat di Bumi
Laduni.ID, Jakarta – Kita sudah biasa dengar kata keramat dengan pahamnya angker, atau supranatural. Merujuk arti keramat itu sebenarnya adalah kemuliaan bukan keangkeran, atau mistis. Pandangan umum di tengah masyarakat kita sudah terbentuk bahwa keramat itu ya angker dan mistis, contoh makam keramat, kuburan keramat, rumah keramat, atau jembatan keramat, senjata keramat. Semua objek yang ada unsur mistis dan supranaturalnya selalu disebut keramat.
Lalu, apa maksud manusia langit itu. Manusia langit dimaksud adalah hamba Allah SWT yang dipuji oleh penduduk langit (para malaikat), dinanti oleh mereka, dan mereka hamba Allah SWT yang khusyuk membuka tirai langit di malam hari, di mana hamba tersebut khlawat dan zikir memuja Tuhannya dengan roja' dan khauf.
Manusia langit identik sebagai kekasaih Allah atau aulia Allah, yang memiliki maqomatnya masing-masing, seperti muhsinin, mutawwabin, muhibbin, shiddiqin, dan muttaqin. Dalam pada itu mereka berkelompok dan manunggal yang kemudian disebut afrad, abdal, akhyar dan autad. Ada pula yang disebut nujaba, nuqoba dan malamitiyyah. Di samping ada yang kemudian disebut rijalullah atau manusia Tuhan (lelaki yang khusus ditugaskan oleh Allah SWT), dan yang tertinggi quthubul aqthab atau sultonul aulia.
- Baca juga: Pekik Cinta Nusantara
Manusia langit atau manusia keramat dipahami secara sederhana sebagai hamba Allah yang dekat, hamba Allah yang dimuliakan (berkeramat). Manusia langit (wali) selalu memilki luberan berkah yang melimpah, seperti mata air yang tak pernah kering. Mendekati mereka adalah menadahi luberan berkah tersebut, baik yang masih hidup atau yang tenang di alam baqa.
Memuat Komentar ...