Tasawuf dan Pembebasan
Laduni.ID, Ngawi – Memasuki zaman di mana manusia sudah tidak mengikatkan diri pada yang gaib, itu artinya membebas dengan rasionalitas, meski karena keterpaksaan atau keterasingan memilih yang riil. Manusia punya pilihan bebas dalam memaknai hidupnya meski ditemukan sudah tidak bersama dengan kredo agama. Sebab spiritualitas tidak hanya dari sumbu ajaran agama atau superioritas para utusan Tuhan, melainkan pencarian rasa batin untuk kemudian menuangi "lubang" jiwanya.
Kini manusia, sudah tidak tertarik pada substansi dan pendalaman nilai benar dari agama. Agama bisa ternilai dari seberapa banyak ungkapan-ungkapan dan simbol agamis semata. Seperti penggiringan pada "kopong"-nya inti ajaran, menjauhkan dari hakikat seoalah tengah mendekatkan pada rontoknya spritualitas agama.
Problem manusia relasinya agama, hidup dan harapan-harapan hidup sepertinya selalu nampak menghindari makna yang benar beragama. Semakin tertarik pada pengakuan-pengakuan interpersonal sebagai yang saleh dan agamis dengan dukungan media online. Miris sekaligus kritik atas kebiasaan-kebiasaan ini yang tercipta melalui proses formalitas dan institusionalisasi agama.
- Baca juga: Antara Pancasila, Seni dan Tasawuf
Dasar Tasawuf
Mengenai tasawuf, beberapa sufi menyandarkan pengertian dan dasar-dasarnya kepada ayat-ayat Al-Quran. Ajaran tasawuf diidentikkan dengan ajaran Islam walaupun agama lain juga memiliki hal yang serupa dengan tasawuf. Berikut adalah ayat-ayat Al-Quran yang berkenaan dengan dasar tasawuf menurut para sufi:
Memuat Komentar ...