Your Story is Really Their Story
Laduni.ID, Jakarta - Banyak yang menganggap bahwa menceritakan pengalaman pribadi adalah bagian dari kenorakan dan terlalu berlebihan. Anggapan ini tentu tidak melulu benar. Kapan tulisan storytelling dianggap mencederai privasi individu sangat tergantung bagaimana kita menarasikan tulisan-tulisan tersebut.
Storytelling juga tidak melulu tentang kita, tapi juga mereka. Acap kali apa yang kita tuliskan mempunyai hubungan dengan kehidupan banyak orang. Menceritakan suatu tema tertentu dengan menambahkan pengalaman pribadi biasanya lebih kuat dan otentik. Di sinilah kekuatan storytelling di media sosial sekarang menjadi penting.
Baca juga: Cerita Gus Yusuf tentang Santri yang Sering Keluar Pondok
Gampangnya, misal kita melihat data-data statistik tentang fenomena tertentu. Hal tersebut secara emosional tidak mampu mengubah perilaku dan emosi kita. Lain hal misal fenomena tersebut dinarasikan melalui sebuah cerita, kekuatan pesan yang disampaikan akan berbeda. Orang cenderung lebih mempunyai ikatan emosi dengan narasi-narasi berbentuk cerita ketimbang data-data statistik yang membuat jenuh dan tak lagi menarik. Karena karakter manusia pada umunya suka untuk mendengar cerita.
Nah, storytelling inilah yang sekarang kita pakai untuk membendung narasi-narasi kebencian dan hatespeech di sosial media dengan menyajikan tulisan yang asik, inspiratif dan menggugah dengan tema yang beragam. Tema apapun bisa distorytellingkan.
Memuat Komentar ...