Teknik Dasar Public Speaking

 
Teknik Dasar Public Speaking
Sumber Gambar: Ilustrasi/Pexels

Laduni.ID, Jakarta – 28 Desember 1949, pekik merdeka bertalu-talu, menghentak, bersemangat. Mirip kerumunan suara lebah, tapi lebih nyaring. Saat itu di tengah puluhan ribu massa yang menyemut di depan istana negara, Bung Karno tampil.

Dia meraih microphone, melambaikan tangan, lantas terucap dua kata, “Diam!” lalu “Diam.” Massa terhipnotis, mulai hening. Dilanjutkan dengan orasinya yang, seperti biasa, memukau. Bung Karno adalah tipikal orator yang secara ciamik memadukan unsur logika, retorika, dan sedikit percikan kharisma. Komplit!

Selain Logika, Estetika, Etika, (dan Matematika), kemampuan Retorika merupakan pilihan wajib bagi mereka yang punya keinginan menyampaikan gagasannya di hadapan khalayak. Dalam pandangan Aristoteles, ada tiga unsur yang harus dimiliki oleh mereka yang berbakat dalam olah wicara.

Pertama, Logos, berarti strategi meyakinkan pendengar dengan mengedepankan pengetahuan dan rasionalitas. Kedua, Pathos, pendekatan dengan mengutamakan emosi atau menyentuh perasaan. Ketiga, Ethos, pendekatan moral. Menggunakan nilai-nilai yang berkaitan dengan keyakinan pendengar.

Di Indonesia, HOS Tjokroaminoto, Bung Karno, dan Bung Tomo adalah mereka yang punya kemampuan komplit dalam olah kata, memukau. Uniknya, Bung Tomo terpikat gaya orasi Bung Karno. Sedangkan nama ini (Soekarno) dipengaruhi oleh gaya pidato HOS Tjokroaminoto. Sanad retorika yang bersambung.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN