Riwayat Liem Kiam Ong, Dalang Ruwat dari Cikande

 
Riwayat Liem Kiam Ong, Dalang Ruwat dari Cikande
Sumber Gambar: Dok. Laduni.ID (ist)

Laduni.ID, Jakarta – Tangerang sejak abad 18 M menjadi wilayah yang cukup aman untuk jadi tempat pengungsian etnis Tionghoa dari Batavia pasca peristiwa Geger Pecinan pada tahun 1740 (yang menelan ribuan jiwa warga etnis Tionghoa akibat kebijakan represif dari Gubernur Jenderal Valkainer atau Adrian Van Rainer yang telah menginstruksikan hukum pancung bagi pemberontak dari etnis Tionghoa). Kebijakan yang justru memancing reaksi besar dari umumnya warga Tionghoa yang berdomisili di gelodok dan pasar ikan, sebab kebijakan kompeni itu sarat akan kebencian terhadap etnis Tionghoa.

Peristiwa Geger Pecinan, adalah catatan buruk perjalanan panjang kehidupan etnis Tionghoa di Nusantara. Ribuan nyawa melayang, darah membanjiri kali Ciliwung, dan memerahkan kali kerukut, hingga kepala-kepala orang Tionghoa yang jadi korban pembunuhan tersebut bertumpuk di tepi muara Angke, dan jasad yang terbunuh bertumpuk-tumpuk di pabrik-pabrik pengelolaan ikan di Pasar Ikan dan beberapa sudut-sudut kampung Penjaringan.

Tercatat dalam buku Tina Layang Parahyang yang artinya Catatan dari Parahyang, bahwa kedatangan etnis Tionghoa ke Tangerang diperkirakan terjadi setelah peristiwa huru-hara warga Tionghoa di Batavia, yang direspons oleh VOC dengan represi besar-besaran sehingga berujung pada peristiwa pembantaian. Peristiwa yang dikenal dengan istilah “Geger Pecinan” atau “Tragedi Angke” ini terjadi pada 1740.

  • Baca juga: 

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN