Pesantren, Dapur Akhlak dan Sikap Toleransi
Laduni.ID, Jakarta – Sebagai lembaga pendidikan tertua di Indonesia, pesantren tengah memainkan peranan penting dalam penyebaran (dakwah) Islam di bumi Nusantara. Sejak kali pertama berdiri, pesantren mendeklarasikan dirinya sebagai lembaga pusat kajian ilmu-ilmu keislaman (tafaqquh fid-dien). Kontribusinya begitu besar terhadap tegaknya Islam Ahlussunnah Waljamaah sampai saat ini.
Sementara itu, di tengah geliat bangsa Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekannya, pesantren juga turut andil bahkan berada di garda terdepan mengusir penjajah dari bumi pertiwi. Dengan diserukannya “resolusi jihad” oleh KH. Hasyim Asy’ari pada 22 Oktober 1945, memantik girah kaum sarungan untuk membela dan memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia. Pun, pergerakannya semakin progresif dan masif, tepatnya pada tanggal 10 November 1945 yang kemudian disahkan sebagai “Hari Pahlawan Nasional”.
Ini artinya, eksistensi pesantren bukan sekadar lembaga pendidikan yang memfokuskan diri pada kajian keislaman (kitab-kitab kuning karya ulama-ulama klasik), melainkan juga kepentingan umat tak luput dari bahan kajiannya. Dalam proses pembelajaran, pesantren juga lebih menitikberatkan pada proses pembentukan akhlak (santri) dan sikap toleransi antar sesama, selain penguasaan akan ilmu pengetahuan (agama).
Pesantren dan Pembentukan Akhlak
Dalam khazanah keislaman, akhlak diberikan kedudukan yang tinggi, bahkan sangat diperhatikan dalam ajaran Islam. Terbukti dengan begitu banyaknya penjelasan ihwal tingginya kedudukan seorang yang berakhlak. Sebagaimana hadis Rasulullah SAW, “Sesungguhnya orang yang paling baik di antara kalian adalah orang yang paling baik akhlaknya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Memuat Komentar ...