Langit Desember yang Murung: Pulanglah Gus dengan Damai dan Riang (Bagian 2)

 
Langit Desember yang Murung: Pulanglah Gus dengan Damai dan Riang (Bagian 2)
Sumber Gambar: Twitter @GUSDURians/Trisnadi

Laduni.ID, Jakarta – Begitu usai, saya masuk ke bagian dalam rumah yang kamar-kamarnya sudah lama saya hapal, mencari ibu Shinta. Ibu sudah di dalam kamarnya yang tampak remang, didampingi tiga putriya, tentu dalam rinai tangis yang mengiris.

Saya tak bisa menemui beliau untuk ta’ziyah, membesarkan hatinya dengan kesabaran dan ketulusan/keikhlasan. Begitu cara berta’ziyah yang saya terima dari persantren.

Saya hanya bertemu Alissa, putri pertamanya dan menyampaikan ta’ziyah itu. Matanya masih tampak lebam dengan wajah sendu, tak bergairah, meski tetap bisa senyum. Saya diminta mengantarnya untuk melihat ayahnya, membuka tirai yang menutup wajahnya, lalu membaca tahlil dan berdoa. Mbak Alissa tertunduk dan terisak-isak lirih. Kami melihat dengan jelas wajah Gus Dur, sungguh, tampak ceria, tenang dan teduh.

يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ ارْجِعِي إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً فَادْخُلِي فِي عِبَادِي وَادْخُلِي جَنَّتِي

“Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan tulus dan diridhai-Nya. Amin”. Ayat suci ini saya baca berulang. (QS. Al-Fajr: 27-28)

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN