Makna Agama dan Keberagaman Bagi Manusia
Laduni.ID, Jakarta – Apa makna agama bagi manusia? Bisakah manusia hidup tanpa agama? Mengapa orang-orang beragama sering berseteru satu sama lain? Pertanyaan-pernyataan kritis semacam ini cukup menggelitik untuk ditemukan jawabannya.
Seorang cendekiawan Muslim yang juga sejarawan pengarang Kitab Durus al-tarikh al-Islami wa-ahwal al-duwal al-`Arabiyah, Syekh Muhyiddin Al Khayyath rahimahullah mengatakan, “Agama adalah kebutuhan hidup manusia.” Menurut ulama yang juga wartawan tersebut, manusia membutuhkan aturan-aturan yang dijadikan pedoman hidup, dan manusia lebih tunduk pada aturan agama daripada aturan lainnya. Tanpanya, manusia akan hidup seperti binatang.
Beberapa ilmuwan atheis seperti Charles Darwin dan Stephen Hawking boleh saja meragukan atau menafikan adanya Tuhan Yang Maha Kuasa yang menciptakan manusia dan alam semesta. Tetapi mereka tak dapat membungkam kebenaran yang terang, yang dipercaya oleh umat manusia sejak awal keberadaannya, bahwa Tuhan itu ada dan agama adalah ajaran yang disebarkan oleh utusan-Nya.
- Baca Juga: Damai dalam Keberagaman
Kalau kita lihat negara-negara komunis yang identik dengan atheis ataupun negara-negara yang cukup jauh “menjauhkan diri” dari agama, maka akan terlihat kehidupan warga negara yang hedonis dan memiliki angka kejahatan serta bunuh diri yang tinggi. Hal ini adalah bukti nyata bahwa memang apabila manusia jauh dari agama, atau tidak beragama, maka hidupnya akan kacau dan juga mengacaukan. “Akan hidup seperti binatang,” dalam bahasa Syekh Muhyiddin al-Khayyath.
Memuat Komentar ...