Dekonstruksi Stigma Malam Jumat
Laduni.ID, Jakarta – Setahu saya malam Jumat selalu identic dengan seram, angker dan keramat. Dari kecil di otak saya, deskripsi atas penyebutan tersebut mulai tertanam. Singkatnya malam Jumat dibuat seolah horor, dan dalam situasi mistik. Pertanyaan timbul sekarang, dari mana asal usulnya malam Jumat identik dengan seram, angker dan keramat itu?
Dulu, 1988 masih gemar nonton layar tancep, giliran malam Jumat, banyak alasan jika diajak kawan nonton film layar tancep di tetangga kampung atau desa. Faktanya dulu memang tempat-tempat tertentu masih angker, namun beda jika bukan malam Jumat, nonton pun sampai tengah malam, kita sekawanan tidak beranjak pulang sebelum selesai.
Hingga kini stigma horor di malam Jumat masih saya dengar, mulai cerita hantu gentayangan di malam Jumat sampai soal tuyul dan babi ngepet, tiba-tiba bekumpul di malam Jumat. Faktanya saya tungguin malam Jumat tidak ada apa-apa, justru yang saya dengar suara pengajian, suara baca dalailan, manaqiban, dan juga marhaban. Sampai begadang pun saya lakukan, demi melihat fenomena gentayangan dari makhluk-makhluk itu. Namun itu nonsense.
Lalu, saya kini berfikir untuk keluar dari paham keliru itu, paham bahwa malam Jumat adalah angker. Ada tawaran dekonstruksi atas keadaan tersebut sebagai sesuatu yang perlu dikaji ulang. Maka saya memilih diksi dekonstruksi. Apa itu dekonstruksi?
Memuat Komentar ...