Belajar Cinta dari Seekor Burung Pipit
Laduni.ID, Jakarta - Cinta dan kasih sayang dalam Islam merupakan sebuah prinsip yang harus ditegakkan guna menciptakan keadilan dan kedamaian di muka bumi. Hilangnya rasa untuk saling mencintai antara sesama akan berdampak pada krisisnya rasa perikemanusiaan. Dunia tak lagi seperti surga yang di dalamnya dipenuhi dengan nuansa kesejukan dan keindahan, melainkan bak neraka yang selalu menggambarkan kegaduhan dan kepanasan.
Namun sayangnya tentang kontekstualisasi cinta dalam kehidupan makhluk terkadang masih perlu dipertanyakan, mengapa makhluk di dunia yang menyebut dirinya manusia dan wakil Tuhan tersebut terkadang tidak maksimal dalam—untuk tidak dikatakan sama sekali tidak mengamalkan dan—melabuhkan Islam cinta.
Rudolf Otto, salah seorang pemikir yang ahli di bidang fenomenologi agama, pernah megatakan bahwa manusia memiliki dua situasi ketika bertemu dengan Tuhannya; pertama, Tuhan tampil di hadapan manusia sebagai suatu misteri yang menggentarkan (mysterium tremendum); Yang artinya adalah apabila manusia belum bisa menghadirkan Tuhan masuk ke dalam hatinya niscaya efek yang ditimbulkan adalah sebuah perilaku pemelintiran terhadap kebenaran realitas sebuah agama.
Kedua, Tuhan tampil sebagai misteri yang mempesona (mysterium fascinosum). Dalam bahasa Buya MN Kamba, Tuhan Maha Asyik. Sayang, ke-Maha Asyik-an Tuhan itu seperti belum maksimal dilakukan oleh manusia. Maka dari itu menurut Rudolf Otto, kebanyakan para pemikir cenderung kepada mewakili situasi pertama ketika memandang Islam. Sehingga, Islam dipandang sesuatu yang menakutkan.
Memuat Komentar ...