Pentingnya Sifat Amanah dalam Pekerjaan
Laduni.ID, Jakarta – Ada dua jenis pekerjaan yang menarik untuk direnungkan dalam Al-Quran. Pertama, kerja otak (menggunakan skill, keahlian dan ilmu) seperti yang digambarkan dalam kisah Nabi Yusuf yang menawarkan diri menjadi bendaharawan negara.
قَالَ ٱجۡعَلۡنِي عَلَىٰ خَزَآئِنِ ٱلۡأَرۡضِۖ إِنِّي حَفِيظٌ عَلِيمٞ
"Dia (Yusuf) berkata, ‘Jadikanlah aku bendaharawan negeri (Mesir); karena sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga (amanah), dan berpengetahuan.’” (Qs. Yusuf: 55)
- Baca juga: Sikap Al-Qur’an terhadap Amanah
Kedua, kerja otot (mengandalkan kekuatan tubuh) seperti yang digambarkan dalam kisah Nabi Musa yang diminta menjadi penggembala.
قَالَتۡ إِحۡدَىٰهُمَا يَٰٓأَبَتِ ٱسۡتَـٔۡجِرۡهُۖ إِنَّ خَيۡرَ مَنِ ٱسۡتَـٔۡجَرۡتَ ٱلۡقَوِيُّ ٱلۡأَمِينُ
“Dan salah seorang dari kedua (perempuan) itu berkata, ‘Wahai ayahku! Jadikanlah dia (Musa) sebagai pekerja (pada kita), sesungguhnya orang yang paling baik yang engkau ambil sebagai pekerja (pada kita) ialah orang yang kuat dan dapat dipercaya (amanah).’” (Qs. Al-Qashash: 26)
Untuk kerja otak seperti pada contoh pertama, sifat amanah disebutkan pertama kali yaitu lafaz حَفِيظٌ (pandai menjaga atau manah). Namun untuk kerja otot seperti pada contoh kedua sifat amanah disebutkan terakhir yaitu lafaz ٱلۡأَمِينُ (dapat dipercaya).
Memuat Komentar ...