Pawang Hujan dan Ragam Keyakinan Masyarakat
Laduni.ID, Jakarta – Soal memohon tunda hujan, bagi kalangan umat Islam di Indonesia adalah hal yang biasa dilakukan ketika ingin dan tengah melangsungkan hajatan. Seperti hajatan nikah, hajatan sunatan, hajatan berangkat haji atau dalam rangka perhelatan perayaan hari besar Islam hampir dipastikan sohibul hajat atau panitia perayaan mencari cara agar di hari tersebut tidak turun hujan. Sebab sudah barang tentu, sedikit menahan orang untuk datang menghadirinya. Itu artinya pelaksanaan kegiatan terhalang oleh hujan lebat.
Untuk antisipasi agar kegiatan berjalan lancar, maka sohibul hajat atau panitia mendatangi kiai agar dido'akan selamat dan lancar. Ada pula yang datang pada pawang hujan, biasa kita menyebutnya pawang hujan, dan tidak harus pada kiai atau ulama.
- Baca juga: Doa Rasulullah SAW Saat Mengalihkan Hujan
Seringnya, melihat ada tancapan bawang merah dan cabai merah di sapu lidi yang diletakkan terbalik. Ini tradisi budaya yang masih lestari, sebagai alat agar langit tidak jadi hujan. Memang jenis permohonan yang tidak logis dan tidak berdasarkan anjuran agama, murni adat lokal yang bersumber kearifan lokal.
Ada pula dengan cara minta wafak, rajah, atau alat tertentu yang diletakkan di atap genting. Memang faktanya hujan tidak jadi turun. Ini orang di sekeliling kita banyak yang bisa, sebagai adat kebiasaan turun temurun, bahkan lebih dari sekedar itu sohibul hajat berharap agar selamat dan sukses.
Memuat Komentar ...