Kesesatan Berfikir dalam Memahami Agama
Laduni.ID, Jakarta – Belakangan isu agama jadi ramai ketika agama dijadikan tameng kepentingan pihak tertentu. Isu agama dihembuskan, seolah dengan isu itulah mampu membelokan perhatian dan konsentrasi rakyat pada yang lainnya. Misal berkaitan politik dan ekonomi.
Dari sisi lain, rupanya dengan mengendarai isu agama ada yang diuntungkan, yaitu mempopulerkan formalitas agama negara. Dengan begitu mereka hendak mengatakan bahwa sistem demokrasi itu sampah, bahwa pemikiran demokrasi itu thogut. Ada strategi usang namun dibuat militan untuk memaksakan bahwa sistem demokrasi ternyata selalu berbuntut pada derita rakyat. Opini seperti ini akan terus dikembangkan, seiring gamangnya bangsa kita melihat kebenaran yang masih berselimut nisbi atau dalam kondisi relatif, bukan final.
Awalnya, melihat pernyataan Pendeta Saifudin Ibrahim saya anggap non-sense (omong kosong), bagiku tidak lebih orang stress yang belum sembuh. Lalu untuk apa saya tanggapi jika itu tidak penting. Ada beberapa alasan yang ingin sekali saya mau sampaikan terkait pernyataan pak Saifudin Ibrahim tersebut, dan saya anggap ini serius perlu direspon.
- Baca juga: Agama di Jalan Mazhab
Sebagai muslim tentu ada hak untuk menjawab pernyataan pak pendeta yang menyinggung al-Quran, yaitu usulan untuk menghapus 300 ayat di Al-Qur'an yang ia anggap sebagai ajaran radikal dan intoleran. Pertama, Al-Qur'an itu Wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam melalui malaikat Jibril.
Memuat Komentar ...