Kisah Seorang Pelukis yang Tak Bisa Melukis Wajah Abah Guru Sekumpul
Laduni.ID, Jakarta – Sekitar tahun 1998, saya pernah tinggal dan berdagang di Jakarta, tepat di Jatinegara, Jakarta Timur. Di dalam etalase dagangan ada gambar Abah Guru Sekumpul yang saya pajang. Singkat cerita, datang seorang laki-laki setengah baya yang bertanya kepada saya. Sebelumnya ia selalu melihat ke dalam etalase yang di dalamnya ada gambar Abah Sekumpul.
“Bang, gambar siapa ini? tanya dia kepada saya.
“Oh, ini gambar ulama besar dari Martapura, Kalimantan,” jawab saya.
“Saya juga punya gambar ini di rumah, tapi bukan punya saya,” ucapnya.
- Baca juga: Cerita Guru Sekumpul Saat Menjalani Siyahah
“Saya ini seorang pelukis, dan kebetulan saya disuruh oleh seorang habib di Jakarta ini untuk melukis wajah beliau,” ungkapnya.
Sejenak ia terdiam memperhatikan saya, seakan-akan ada yang ingin ditanyakan.
“Ampun, mohon maaf,” katanya.
“Tidak apa-apa, silahkan apa yang ingin mas tanyakan,” kata saya kepadanya.
“Saya ini berprofesi sebagai pelukis, gambar siapapun bisa saya lukis. Banyak lukisan orang yang saya lukis dan lukisan saya sudah ada di mana-mana. Tapi saya heran, kenapa saya tidak bisa melukis wajah beliau (Abah Sekumpul). Padahal sudah berbulan-bulan saya kerjakan, saya jadi malu dengan habib yang memesan lukisan ini dan habib tersebut mendesak terus kapan lukisannya selesai,” ungkapnya.
Memuat Komentar ...