Di masa kepemimpinan Tgk. Abi, tidak banyak perubahan dari segi pembangunan asrama dari masa sebelumnya. Hanya saja jumlah pelajar sedikit bertambah yang dulunya 100 orang putra kini menjadi 150 orang, sedangkan jumlah santriwati kurang lebih berjumlah 50 orang, sama seperti masa sebelumnya saat masih dipimpin oleh Tgk. Syihabuddin bin Idris (Teungku Chiek Samalanga (I))
Melihat fenomena ini tentunya area dan lingkungan dayah tersebut perlu perluasan terlebih membeludaknya santri baru yang memilih dayah yang
Abon Aziz merupakan sosok ulama yang telah banyak melahirkan kader ulama dan tokoh dalam masyarakat.
Namun sayang pada saat pemberontakan DI/TII tepatnya pada bulan Ramadhan tahun 1954 sekolah ini dibakar oleh orang-orang yang tak bertanggung jawab. Peristiwa ini mengakibatkan beliau harus berhenti bersekolah
Ulama muda Aceh yang sosok sufi itu di dayah peninggalan tokoh Aceh yang merupakan wakaf Nyak Ali Ainsyah untuk lembaga pendidikan agama Islam menguraikan syarahannya tentang syariah, tariqah, hakikat, dan ma'rifat dan aplikasinya serta relasi keempat maqam tersebut
Kemasyhuran Aceh dengan Islamnya menjadi sugesti generasi muda Jambi untuk menuntut ilmu ke Aceh. Bahkan Aceh menjadi sangat populer di kalangan masyarakat Jambi termasuk kakeknya Tgk. Jambi. Kekek berharap cucunya kelak bakal menjadi mercusuar ilmu untuk negeri yang terkenal dengan "Sepucuk Jambi, Sembilan Lurah" itu.
Acara tersebut mendapatkan antusias yang sangat luar biasa dari utusan perguruan tinggi swasta yang hadir terlebih dengan pematerinya yang senior dan kepakarannya
Ia menyebutkan sangat mengharapkan para santriawan dan santriwati untuk dapat belajar dengan sungguh dan tekun
Selanjutnya, disebutkan bahwa pada Ramadhan 1440 H ini, pengajian bersama Abi MUDI masih dilanjutkan dengan kajian kitab Al-Hikam karya Ibnu Athaillah As-Sakandari dengan Syarahan Ibnu 'Ibad Ar-Randi
Pada awal pendirian, dayah ini hanya memiliki beberapa balai pengajian, dimana dirasahnya hanya kepada masyarakat di sekitar dayah, dengan jumlah thalabah pada saat itu lima puluh orang yang di bantu oleh 5 (lima) orang tenaga pengajar, dikenal sebagai dayah Masjid Tuha
Guru senior Dayah MUDI Samalanga itu menyebutkan kegiatan ini bertujuan untuk menimba ilmu di pulau Walisongo bidang bahasa Arab dan Inggris dan nantinya diaplikasikannya di dayah masing-masing