Berawal keinginan KH. Fatchur Rohman untuk mendirikan Pondok Pesantren sangat kuat sekali, hal ini dilatar belakangi oleh pesan K. Idris Jamsaren Solo agar sepulang dari Pondok Pesantren beliau mendirikan Pondok Pesantren. Pesan tersebut disampaikan kepada KH. Fatchur Rohman berkali-kali, sehingga tertanam pada jiwa beliau untuk benar-benar mewujudkan apa yang telah diamanatkan oleh sang Kyai.
Mursyid Thariqah K.H. Muhammad Hanif Muslih, Lc.
Adab Seorang Santri kepada Guru dan Kunci Memperoleh 'Futuh' (Pembuka Hijab)
Sekolah Menengah Kejuruan Futuhiyyah Mranggen Demak yang sering dikenal dengan sebutan SMK Futuhiyyah ( SMKF ) Mranggen adalah Lembaga Pendidikan Teknik Menengah Swasta dibawah Yayasan Pondok Pesantren Futuhiyyah
Melihat kemegahan Masjid Baitul Futuh, sebuah masjid terbesar di Eropa Barat.
Pondok Pesantren Futuhiyyah, terletak di kampung Suburan Barat, Desa Mranggen, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak Jawa Tengah, 200 meter dari jalan raya Semarang – Purwodadi, KM 13,5 Menempati areal seluas 1.85 Ha. berada ditengah-tengah perkampungan.
Pondok Pesantren Al-Futuh.Pesantren ini didirikan pada tahun 1926 oleh Bapak Kyai Masykur ( w. 1976 M) di daerah Pandes II wonokromo Pleret Bantul Yogyakarta
Syaikh al-Rais Ibnu Sina pernah bercerita tentang perjalanan keilmuannya. Ini ceritanya.
Ijazah dari Al-Maghfurlah Al-Ustadz Al-Mu'allim Dimyathi Ardhini Rahimahullahu Ta'ala (salah satu santri murid kesayangan yang mulia radhiyallahu anhu);
Selama belajar di pondok pesantren Darussalam, Guru Sekumpul tidak hanya mendapatkan ilmu yang banyak tapi juga bermacam-macam pengalaman rohani yang luar biasa.
Menyimak kisah pemuda itu, sang guru lalu berkata seraya tak mampu menahan air mata, “Nak, mulai hari ini engkaulah guruku dan sungguh aku Ini muridmu. Ajarkan padaku apa yang telah kau peroleh. Sebab meski aku membimbingmu di jalan itu, aku sendiri belum pernah sampai pada puncak pemahaman yang kau dapat hari ini.”
Biografi KH. Fathurrahman Abu Said Tuban
KH. Hisyam Ismail lahir pada tahun 1908 M. di Kampung Kauman (kampung sekitar makam Sunan Bonang) kelurahan Kutorejo Tuban. Beliau adalah putra ke-10 dari 12 bersaudara pasangan dari H. Ismail dan Masyfi'ah.
KH. Abdurrahman lahir di kampung Suburan Mranggen Demak tahun 1872 M. Ayahnya Kiai Kasidin yang dikenal juga dengan KH. Qosidil Haq merupakan seorang guru ngaji.