Orang Aswaja itu percaya takdir dan ketentuan Allah, tapi juga membuka ruang Ikhtiar. Kita bukan Mu’tazilah (free-will) tapi juga bukan Jabariyah (menyerahkan total semuanya kepada Allah tanpa usaha).
Ingat film Kungfu Panda? PO (pemeran utama dalam film tersebut) tidak disangka-sangka ditahbiskan sebagai the Dragon Warrior oleh Grand Master Oogway. Po tidak punya background kungfu sama sekali. Bagi yang lain penunjukkan ini sebuah kesalahan. Bagi sang Grand Master, penunjukkan ini kehendak langit dan akan ada rahasia tersendiri di kemudian hari.
Postingan yang baru terdahulu, kami sampaikan contoh (tentang kurban) bagaimana Islam menganjurkan kita untuk melanjutkan tradisi baik yang dilakukan orang-orang saleh sebelum kita.
Po ditahbiskan sebagai The Dragon Warrior. Tugasnya melindungi orang-orang kampung agar kehidupan berjalan dengan damai. Tapi bagaimana dia bisa menjaga perdamaian kalau dia belum bisa berdamai dengan masa lalunya. Inilah episode kedua mencari jati diri yang disajikan dalam Kung Fu Panda.
Dalam Hikmah Kung Fu Panda (1), kami ceritakan bagaimana Po tanpa terduga terpilih menjadi Dragon Warrior. Po menjelma dari zero menjadi hero namun kembali menjadi zero. Po belajar bahwa rahasia tertinggi kehidupan adalah kertas putih yang kosong. Kembali kepada fitrah kemanusiaan kita.
Ada yang bertanya, “bagaimana seandainya tahun ini gak Qurban dulu, tapi dananya kami alihkan membantu mereka yang kehilangan pekerjaan akibat pandemi?”
Musibah Pandemi yang melanda dunia, dan Indonesia saat ini atas pengetahuanNya. Kita bisa menghadapinya dengan keresahan, Allah pasti tahu. Kita menjalaninya dengan kepedihan dan penolakan, Allah pasti tahu.
Orang tua itu dikejar-kejar pasukan Romawi. Dengan pengikutnya yang tidak seberapa, mereka berhasil lolos dari kepungan. Mereka berhasil keluar dari kota, dan malam itu mereka beristirahat melepas lelah. Peter, nama orang tua itu, bersiap untuk beristirahat. Tiba-tiba dia ‘melihat’ Yesus berjalan melintasinya.
Dimana Bhineka Tunggal Ika? Dimana Rambate Rata Hayo? Di mana hilangnya pribahasa berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Sudah bergeser jauhkah sistem budaya kerja sama dan saling menolong, dan sekarang saling melolong.
Pentingnya persaudaraan itu, dalam hadits Nabi disebutkan, "Belum disebut beriman salah seorang diantara kamu sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri." (HR. Bukhari Muslim)
Rasulullah SAW bersabda, "Janganlah kalian saling melaknat dengan mengucapkan, ‘Allah melaknat kamu atau Kamu mendapatkan murka Allah atau semoga Allah memasukkanmu ke dalam neraka.’" (Sunan at-Tirmidzi, HN 1899)
“Islam itu hitam,” begitu kata pengamat asing. Tapi bukankah lelaki bergamis putih? Bersurban putih-merah ala raja Salman atau putih-hitam ala Yaser Arafat. Jadi mana yang benar?
Pak Kiai Hasyim Muzadi (Allah yarham) kalau bicara sangat pintar. Bicaranya kalem, tidak berapi-api, tapi khas ulama NU yang menyelipkan jokes tanpa diduga dan membuat pendengarnya tertawa
Dalam pergaulan, ada beberapa kata kunci yang bisa mencairkan ketegangan relasi antar kawan. Dan kata-kata ini merupakan warisan pendidikan orang-orang tua kita dulu untuk mengedepankan sikap respek dalam pergaulan
Kalau berpolitik bukan soal beragama, berbisnis atau berdagang bukan soal beragama, bergaul bukan soal beragama, lalu yang disebut beragama itu yang mana? Shalat, puasa, zakat, haji saja?
Ketika mengutus Nabi Musa dan Nabi Harun untuk bertemu Fir’aun, Allah menitipkan pesan yang luar biasa kepada keduanya
Manusia itu tidak selalu berjalan lurus, baik langkah fisiknya, pikirannya maupun kalbunya. Ada yang mempengaruhinya untuk pindah atau bergeser dari satu tempat ke tempat lain, dari satu pikiran ke pikiran lain, dari satu hati ke hati lain, dari satu keyakinan ke keyakinan lain
Keputusan Munas NU untuk melaksanakan Muktamar pada bulan Desember 2021 membuat suasana menjadi hangat. Muncul nama-nama kandidat yang bertebaran di publik. Bagaimana kita sebaiknya menyikapinya?
Santri sowan kepada Kiai Sepuh itu hal biasa dan wajar saja. Memandang wajah para Masyayikh memang melegakan hati, persis seperti sabda Nabi
Salah satu alasan kenapa pemilihan Rais Am Syuriah PBNU ditetapkan melalui mekanisme AHWA (Ahlul Halli wal Aqdi) adalah demi menjaga marwah Kiai Sepuh
NU saat ini, tokoh-tokohnya sudah tersebar dimana-mana. Ada yang di pemerintahan pusat, ada yang di jalur keilmuan, ada yang cenderung berargumen secara internal, ada yang cenderung berargumen dengan pihak lain, bantah-bantahan soal bid'ah misalnya.
Imam al-Muzani (175-264 H) merupakan santri langsung dari Imam Al-Syafi’i. Imam Syafi’i menyebutnya sebagai “pembela mazhabku”.
KH Achmad Siddiq, Rais Am PBNU 1984-1991, pernah menjelaskan bahwa NU itu bukan seperti koper yang bisa seenaknya ditarik sendiri-sendiri kesana-kemari oleh individu pengurusnya.
Apa jadinya hidup kita tanpa air? Tidak mungkin kita bisa bertahan hidup, bukan? Maka air menjadi sesuatu yang sangat dibutuhkan.
100 tahun NU harus diwarnai gabungan dua keahlian dalam tubuh PBNU, kemampuan ilmu agama dan juga kemampuan menata organisasi secara profesional
Kurang dari lima tahun lagi, dalam hitungan masehi, NU, organisasi Islam terbesar di Indonesia ini (bahkan di dunia) akan memasuki usia 100 tahun dan memasuki abad keduanya
Dalam bahasa ayat ilahi, kita diingatkan untuk bersikap adil meski terhadap kelompok atau orang yang tidak kita sukai
Sekarang ini masih banyak yang mengeluarkan pendapat yang justru memicu emosi umat. Dan juga bertindak yang justru menimbulkan reaksi emosional umat