yaikh Abdul Qodir Al-Jailani adalah sosok wali besar yang sangat kharismatik. Beliau terkenal dengan sebutan Sulthonul Auliya’, pemimpin para wali.
Ada tiga hal yang diwasiatkan Syaikh Abdul Qodir al-Jilani tentang para Abdal kepada murid-muridnya, yaitu: ilham, maqom-Ahwâl para Abdal, dan Af`al Alloh kepadanya.
Sayyidina As-Syeikh Abdul Qodir Al-Jaelani naik mimbar lalu berkata begini...
Pondok pesantren Syekh Abdul Qodir al-Jailani berada di desa Rangkang, Kecamatan Kraksaan, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Kelahirannya berawal dari jamaah pengajian manakib Syekh Abdul Qodir al-Jailani yang dirintis oleh KH. Aminuddin.
KH Abdul Qodir Munawwir, atau Romo Kyai Qodir, dilahirkan pada Sabtu Legi 11 Dzulqo’dah 1338 H bertepatan dengan 24 Juli 1919 M.
Selama beberapa hari, saya, Kyai Muhammad Sholeh HA, dan para murid Syeikh Gaos mengikuti perjalanan Ziaroh ke Irak. Dalam beberapa hari saya kumpul dengan beliau (baca: Abah Aos), saya bukan menilai, karena saya bukan penilai, tapi saya merasa ada hal-hal yang aneh.
Syekh Abdul Qodir Al-Jailani, qoddasalloh sirrohu, memberi nasihat: “Ketahuilah membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW adalah salah satu ibadah paling mulia, bentuk ketaatan paling luhur, ibadah yang paling tinggi nilainya yang diperintahkan Allah SWT kepada kita, sebagai bentuk penghormatan, pemuliaan dan pengagungan terhadap derajat beliau.
Suatu hari, cucu Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, Syekh Fadil Al-Jailani menjelaskan tentang ciri kewalian KH Maimoen Zubair (Mbah Moen). Hal tersebut sebagaimana mengutip dawuh Syekh Abdul Qodir Al Jailani dalam kitab Nahrul Qadiriyah, Syekh Fadil mengatakan, ada lima sifat para wali, dimana kelima sifat ini melekat pada diri Mbah Moen.
Amalan surat al-Fatihah pemberian KH. Abdul Hamid Pasuruan.
Berikut adalah do'a Sulthon Al Aulia’ Sayyidina Syaikh ‘Abdul Qodir Al Jilani RA menyambut bulan Ramadhan