LADUNI.ID, Jakarta - Pengasuh Pondok Pesantren Raudhatut Thalibin Leteh, Rembang, Jawa Tengah KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) tidak lupa turut mendoakan Mustasyar PBNU KH Maimoen Zubair.
Saat kemarin menghantarkan Syaikhna Dr. Abdun Nashir al-Malibari sowan ke Sarang, ada minimal empat dawuh Mbah Maimun yang sangat berkesan bagi saya. Empat dawuh itu menunjukkan begitu "sundul langit"nya ketawadlu'an KH. Maimun. Empat dawuh keluar dari lisan mulia beliau dengan alami tanpa ada sedikitpun takalluf (paksaan). Berikut adalah dawuh-dawuh Mbah Mun
Walau hanya 40 harian saya mondok posoan di tempat Mbah Yai Maimoen Zubair Sarang waktu ngaji kitab as-Syifa. Hati ini tidak akan pernah mampu memungkiri bahwa Beliau Alim, Allamah, Mutabahhir; Ilmunya nyegoro.
Ada beberapa nasihat dari KH Maimoen Zubair atau mbak Moen yang dapat kita renungkan. Apa itu?
KH Maimoen Zubair pernah memberi dawuh prihal memilih seorang istri. Bagaimana dawuhnya?
Mbah Moen selalu memberikan pesan yang indah dan berguna bagi kehidupan. Seperti 6 pesan indah ini.
KH. Maimoen Zubair dawuh, “Titeni yo Cung, angger wulan April kok nyekel duwit, alamat setahun...."
Tawasul inilah yang dibaca Mbah Moen hingga mengeluarkan air mata.
KH Maimoen Zubair memiliki tiga murid yang sangat istimewa. Siapa ketiga murid tersebut. Simak di sini...
KH Maimoen Zubair telah wafat di Kota Mekah, hari ini, Selasa (6/8). Semoga almarhum khusnul khotimah. Aamiin...
Pihak keluarga almarhum Mbah Moen berpesan agar foto-foto jenazah almarhum tidak disebar.
Seorang ulama Mesir, Syeikh Yusri pernah bercerita tentang KH Maimoen Zubair atau Mbah Moen.
Gus Yahya mengatakan bahwa wafatnya Mbah Moen, membuat dunia telah kehilangan pengayoman rohani.
KH Maimoen Zubair pernah dawuh dan minta supaya didoakan wafat pada hari Selasa dan wafat di Kota Mekah. Subhanallah...
Ini adalah kesaksian Gus Zaki (cucu Hadratussyaikh KH Hasyim Asy'ari) mengenai Kiai Maimoen Zubair.
Sosok Kiai Maimun Zubair adalah sosok kiai sekaligus ulama NU yang benar-benar mencintai Tanah Air, Indonesia Raya.
- Pengurus Cabang Nahdatul Ulama Mempawah (PCNU), pengurus Cabang GP Ansor, PC PMII Raya, Banom-Banom NU, Mempawah dan Pengurus Rayon Opu Daeng Manambon (PR ODM) beserta seluruh kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Mempawah, turut berduka cita yang sangat mendalam atas wafatnya Tokoh Nahdlatul Ulama
Usia KH Maimoen Zubair memang sudah sepuh. Sembilan puluh tahun adalah usia yang panjang. Namun tetap saja berita wafatnya beliau di tanah suci Mekkah menghentak kesadaran kita. Smartphone saya tak berhenti menerima pesan, baik lewat jalur pribadi maupun Whatsapp group,
Kami mengenal sosok Syaikh Maemun Zubair dari tuturan keluarga di Pesantren Tsamrotur Roudloh, Tegalsari, Banyuwangi, asuhan KH. Nuruddin Qosim, kakak ibu kami. Ketika itu, pertengahan tahun 90-an, kerap disebut-sebut bahwa Syaikh Maemun adalah ulama yang ahli fatwa,
Hidup di dunia ini sebenarnya tidak perlu menginginkan banyak hal, melainkan cukup hanya empat saja. Hal ini seperti yang didauhkan oleh KH Maimoen Zubair sebagai berikut.
Gus Robah yang menancapkan lidi di pinggir laut yang jaraknya ratusan meter, seketika di ketahui oleh si Mbah Yai Maimoen, lalu di tegur.
Masih ada orang mempertanyakan, untuk apa gunanya Banser? Kenapa Banser selalu berjaga-jaga saat seorang kiai berceramah di panggung menyampaikan mau’idzoh dan ceramahnya?
Suatu hari, cucu Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, Syekh Fadil Al-Jailani menjelaskan tentang ciri kewalian KH Maimoen Zubair (Mbah Moen). Hal tersebut sebagaimana mengutip dawuh Syekh Abdul Qodir Al Jailani dalam kitab Nahrul Qadiriyah, Syekh Fadil mengatakan, ada lima sifat para wali, dimana kelima sifat ini melekat pada diri Mbah Moen.
Tiga nasehat penting KH Maimoen Zubair di atas seyogianya diperhatikan dan dihayati benar-benar oleh kaum jomblo yang masih banyak pertimbangan yang memperlambat menikah. Jika diniati ittiba’i sunnatirrasul (mengikuti sunnah Nabi), maka keberkahan dan kemuliaan hidup akan digapai dunia-akhirat.
Saya percaya bahwa Mbah Moen ini adalah ulama yang thariqah utamanya adalah ngaji dan mendidik santri (ta'lim wa ta'allum), meskipun saya pernah mendengar beliau ambil wirid thariqah Qadiriyah-Naqsyabandiyah dari Mbah Romli Tamim, khabar lain mengatakan beliau juga mengambil ijazah wirid thariqah dari masyayikh berbagai thariqah di Mekkah, Mesir dan Syria
Kemasyhuran sosok KH. Maimoen Zubair tidak hanya di dalam negeri, kealiman beliau juga diakui dan dihormati oleh ulama dunia, tak terkecuali Guru Besar Universitas Al Azhar Kairo Mesir, Al Alim Allamah Syekh Prof. Dr. Fathi Abdurrahman Hijazi Al Azhari An Naqsyabandy, seorang sufi besar, ahli al-Quran, dan pakar bahasa yang rutin mengajarkan kitab-kitab lughah di Masjid Al Azhar, Mesir
Ketika hendak ditawari gelar Doktor Honoris Causa (DR), Mbah Moen dengan penuh santun menyahutnya, “Biarlah ada Kiai yang seperti saya, yang pekerjaannya hanya mengaji.”