Samalanga dan Batee Iliek #10: Karamah Teungku Ramieleé dSamalanga dan Batee Iliek #10: Karamah Teungku Ramieleé di Mata masyarakatt
Saluran irigasi Lueng Bintang merupakan bukti nyata dari peran ilmu dan iman dalam pembangunan fisik maupun spiritual. Dalam semalam dan wujud konkrit hasilnya bisa dimanfaatkan berabad-abad kemudian sampai sekarang
-Dalam kitab Tadzkirah al-Auliya’, Fariduddin Attar menceritakan Imam Muhammad Sahl bin Abdullah al-Tustari (w. 283 H), seorang sufi besar asal Tustar yang ditanya tentang karamahnya dapat berjalan di atas air. Diceritakan
Terkadang Abuya mengajak Abu Lueng Ie untuk "menjelajah" dunia metafisika di luar logika manusia dengan media tertentu. Bahkan seperti diceritakan oleh salah seorang putra Abu Lueng Ie, Abuya mengajak Abu Lueng Ie (Abuya sering menyapa Abu Lueng Ie dengan sebutan "Ampon",
Ayahanda beliau, Kyai Zubair, adalah murid Syaikh Sa’id Al-Yamani serta Syaikh Hasan Al-Yamani Al- Makky.
Pangersa Abah memberikan sebotol air dan tiga buah paku kepada Pak Guru. Pangersa Abah berpesan; Pak Guru harus menyiramkan air dan memantek tiga buah paku tersebut pada pohon itu
Di dayah ini beliau mempelajari berbagai disiplin ilmu keislamanseperti ilmu tauhid (teologi), fiqh, tafsir, hadits, ilmu bahasa, mantiq dab tashawuf, khususnya dalam mazhab imam syafi’i
Manaqib dan Karamah hingga Tawassul Sampai Dianggap Syirik
Karamah merupakan perkara yang sangat luar biasa yang tampak pada seorang wali yang tidak disertai dengan pengakuan seorang Nabi. Dari sosok Syaikhona Kholil yang merupakan seorang Ulama Besar tentunya memiliki karamah.