Para santri madrasah diniyyah Al Ibriz, Kurwato, Sorong, Papua Barat, mengucapkan Selamat Lebaran dan Hari Raya Idul Fitri 1439 H.
Mereka yang biasanya menyatakan prihatin terhadap kondisi Kokoda Maibo dan suka berdonasi, biasanya membantu pada hal-hal yang bersifat material.
Ada empat yang saya balas. Sisanya saya diamkan. Mereka yang saya balas, ada yang bilang sangat siap dan tertarik, tapi tak punya kendaraan untuk menuju lokasi mengajar.
Andai dibuat peringkat, dan saya disuruh menilai anak mana yang pantas berada di bawah Riawan, saya akan menempatkan Irwan Irwanas di peringkat kedua dan Naila Tagate di urutan berikutnya.
Pada suatu sore, ketika madrasah sudah tiba waktunya, hingga beberapa menit, belum ada satu anak pun yang muncul. Hal ini tidak seperti biasanya yang mana kemunculan saya pasti disusul oleh kedatangan mereka kemudian.
spontan saja tiba-tiba saya sampaikan kepada mereka, bagaimana kalau yang sudah bisa membaca Arab juga mengaji lagi. Bukan mengaji membaca Arab, melainkan mengaji fiqih dan mengaji supaya bisa membaca kitab gundul
Baik orang tua maupun anak-anak jarang yang memakai sandal. Kemana-mana mereka bertelanjang kaki tanpa alas kaki. Baik siang maupun malam. Kalaupun ada yang mamakai sandal,
udah hampir seminggu ini, alhamdulillah, ada satu anak lagi yang khatam Juz 'Amma. Namanya Irwan Tofir. Kendati belum mengadakan tasyakuran sebagaimana tradisi mereka
Ketiadaan pensil warna itulah kendala yang membuat aktifitas itu tak kunjung diwujudkan. Tapi alhamdulillah,
Kurang lebih sudah sejak abad ke-15 M., Islam masuk di tanah Papua. Di sepanjang pesisir barat dan selatan pulau Cendrawasih itu, para da'i banyak mengislamkan masyarakat setempat kala itu. Termasuk masyarakat suku Kokoda.
Selain menggembleng mental, satu hal lagi yang saya kira perlu diberikan kepada dua anak yang akan dikirim mondok ke Jawa adalah mengajari keduanya beberapa kosakata bahasa Jawa.
utuh proses panjang dan penuh perjuangan untuk menghasilkan ustadz yang berhaluan ahlussunnah waljamaah yang asli Papua dengan memondokkan perwakilan anak dari suku Kokoda yang diprakarsai oleh Persaudaraan Profesional Muslim Ahlussunnah Wal Jamaah (PPM Aswaja)
Sudah sejak tanggal 6 Juli 2019, bapak Hamzah Edoba dan bapak Ekan Tofir meninggalkan kampung halamannya, yakni Papua, menuju Jawa.
Rencana Program Santri Goes to Papua ke depan bisa berjalan dengan baik dan bisa menghasilkan ustadz-ustadz asli Papua yang berhaluan Ahlussunnah wal Jamaah
Rangkaian kegiatan mereka, jelas merupakan sebuah upaya belajar dalam memecahkan beragam permasalahan yang dihadapinya (complex problem solving) dalam lingkungan yang baru dan benar-benar mandiri.
Dua santri dari Program Santri Goes To Papua mendapat kesempatan yang langka karena bisa bertemu dan berdialog langsung dengan orang nomor satu di Jawa Tengah tidak lain adalah Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Ketika melihat gambar-gambar, selalu saja ia bertanya "ini apa? Itu apa?" hingga terkadang saya capek sendiri menjawabinya.
Semangat untuk sholat shubuh dan belajar mengaji anak suku Kokoda rela tidur di Madrasah
Sebuah senyum yang tentu saja sangat membesarkan hati saya sebagai pihak yang memberikannya
Rahima Irwanas. Itulah nama anak yang khataman Juz 'Amma malam ini. Anak kelas empat SD ini mulai mengaji dengan saya benar-benar dari nol. Dari Iqro' satu.
"Karena besok adalah hari kemerdekaan, maka kita berkumpul malam ini adalah untuk mendoakan para pahlawan."
Pada peringatan Isra’ Mikraj pekan lalu, masyarakat suku Kokoda di Maibo, Kota Sorong, Papua memperingati Hari Isra' Mikraj dengan berbagai kegiatan lomba. Salah satu lomba yang dilaksanakan adalah futsal dan voli.