Di dalam Durrul-Mantsur terdapat sebuah hadits dan Anas r.a., bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Lailatul-Qadar telah dikaruniakan kepada umat ini (umatku) yang tidak diberikan kepada umat-umat sebelumnya.”
Keistimewaan Lailatul Qadar merujuk kepada surah Al-Qadar didalam membicarakan persoalan keistimewaan Lailatul Qadar,
Dalam bulan Ramadhan, ada malam seribu bulan. Wah sangat senang sekali bila amal ibadah yang semalam itu dihitung seperti amalan seribu bulan. Semua pasti ingin dan ingin. Di malam itu Allah SWT benar-benar melipatgandakan pahala. Akankah kita bisa meraihnya?
Satu malam penting yang terjadi pada bulan Ramadan, yang dalam Al Qur'an digambarkan sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan.
Diceritakan bahwa pada hari-hari terakhir bulan Ramadhan, Rasulullah Saw sedang duduk i’tikaf semalam suntuk. Para sahabat pun tidak sedikit yang mengikuti apa yang beliau lakukan.
Malam Nuzulul Qur’an sering diperingati pada tanggal 17 Ramadhan, dengan mengadakan pengajian atau tabligh akbar, dan bukan pada malam Lailatul Qadar.
Menanti malam yang penuh berkah, kemuliaan, dan kesucian menuntut seorang hamba juga dalam keadaan baik dan suci hatinya setelah menempa dua puluh hari pertama bulan Ramadhan karena menurut sejumlah riwayat, malam lailatul qadar hadir di sepuluh malam terakhir bulan suci tersebut.
Lailatul qadar merupakan malam penuh berkah dan kemuliaan. Beribadah pada malam tersebut dianggap lebih baik ketimbang beribadah di bulan lain, sekalipun selama seribu bulan.
Salah satu keterangan mengenai pendapat bahwa Al-Qur'an diturunkan pertama kali pada tanggal 17 Ramadhan kepada Rasulullah SAW terdapat di dalam Kitab Tafsir Ibnu Katsir.
Kita mulai menjawab pertanyaan ini dari Tafsir Ibn Katsir. Ibn Katsir mengatakan bahwa pembahasan tentang ruh dalam QS al-Qadar:4 ini telah beliau jelaskan saat membahas ayat lain, yaitu QS an-Naba’ ayat 38: “Pada hari, ketika ruh dan para malaikat berdiri bersaf-saf,
Allah melapangkan rejeki dan kemuliannya bagi yang dikehendaki. Simak kisah ini...
Rasulullah Muhammad shallallahu alaihi wasallam adalah teladan kita dalam melaksanakan ibadah. Rasulullah menganjurkan kepada kita untuk memperbanyak ibadah pada bulan Ramadhan, antara lain dengan memperbayak sedekah, membaca Al-Quran, dan i’tikaf.
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam mengajarkan doa kepada Sayidah Aisyah jika berjumpa dengan Lailatul Qadar:
“Carilah Lailatul Qadar itu pada malam-malam ganjil dari sepuluh hari terakhir (bulan Ramadhan)” (HR. Al-Bukhari dari Aisyah radhiyallahu ‘anha
Bacaan surat yang dianjurkan setelah al-Fatihah surat al-Ikhlas tujuh kali pada setiap rakaat. Namun ada juga yang menyebutkannya di bacaan surat yang dianjurkan berupa surat At-Takatsur 1 kali kemudian Al ikhlas 3 tiga atau Al-Qadr.
Sekali lagi, kita tidak tahu waktu pasti terjadinya Lailatulkadar. Karenanya, doa yang diajarkan Rasul sangat baik untuk dibaca pada tiap malam di bulan Ramadan.
Maka raihlah sepuluh akhir Ramadhan ini dengan meningkatkan produktifitas amal saleh dan kebaikan menuju mardhatillah
Semoga kita dapat meraih sisa malam Ramadhan dengan ibadah dan berbuat kebaikan walaupun malam qadar itu sudah lewat ataupun jatuh malam ganjil tepatnya 27 Ramadhan
Dalam sebuah hadits diceritakan bahwa pada suatu hari di bulan Ramadhan, nabi SAW didatangi oleh seorang sahabat yang melaporkan bahwa ada dua orang pria yang terlibat pertengkaran di jalanan.
Abu Hurairah RA bercerita, kami bersama Rasulullah SAW, tiba-tiba beliau mengingatkan kami tentang Lailah Qadr, “Sudah berapa hari kita lampau Ramadhan”, mereka menjawab, 23 hari Ya Rasulallah. Beliau bertanya kembali, "Berapa hari lagi kita berada di Bulan ini", 8 hari lagi, jawab mereka,
Alquran yang turun pada malam lailatul qadar diartikan bahwa pada malam itu Allah Swt. mengatur dan menetapkan khithah dan strategi bagi nabi-Nya, Muhammad Saw., guna mengajak manusia kepada agama yang benar yang pada akhirnya akan menetapkan perjalanan sejarah umat manusia, baik sebagai individu maupun kelompok
LADUNI.ID, Jakarta - Salah satu malam yang diimpikan oleh semua umat Islam dalam bulan Ramadhan adalah malam lailatul qadar. Lailatul qadar merupakan malam yang lebih baik dari seribu bulan.
Malam lailatul qadar senantiasa dinanti-nantikan oleh segenap umat Islam, sebab kemuliaan malam ini lebih baik dari seribu bulan. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam Q.S. Al-Qadar:
Memprediksi malam lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir di bulan yang pada sepuluh pertamanya adalah rahmat, sepuluh tengahnya adalah ampunan dan sepuluh akhirnya adalah bebas dari neraka. Walau pun hakikatnya tidak ada yang mengetahui secara pasti kapan terjadinya Lailatul Qadar, kecuali Allah SWT.
Doa yang diriwayatkan Aisyah r.ha dari Rasulullah SAW tentu sangat mustajab karena disampaikan langsung oleh manusia paling mulia, yang jika tak ada dirinya, tentu tak ada pula kemuliaan Malam Lailatul Qadar.
Pada suatu malam, Syekh Abdullah Al Banjari (Ayah Datuk kalampayan dan Datu Aminah (Ibu Datuk Kalampayan) sedang berlayar di sungai Martapura. Malam itu adalah tengah malam di Bulan Ramadhan.
Memang ada beberapa riwayat dari para Sahabat bahwa malam Lailatul Qadar tidak berpindah dari hari-hari ganjil, yakni 27 Ramadhan saja.
Terdapat keistiwewaan yang indah didalam bulan Ramadhan, dimana terdapat malam yang nilainya lebih baik daripada seribu bulan yang biasa disebut dengan malam lailatul qadar selain itu juga Allah telah memuliakan Al-Quran dimalam ini. Setiap orang berharap agar bertemu dengan malam indah tersebut karena itu malam yang lebih baik dari seribu bulan atau malam kemuliaan.
Di antara serangkaian amalan sunnah di bulan suci Ramadhan adalah beri’tikaf. Kendati termasuk amalan sunnah yang bisa dilakukan kapan saja, tetapi khususnya di bulan Ramadhan, i’tikaf lebih dianjurkan, terutama di sepuluh malam terakhir.
Salah satu adab yang diajarkan oleh Rasulullah Saw kepada umatnya adalah membacakan doa Perpisahan diakhir bulan Ramadhan.
Malam indah yang lebih baik dari seribu bulan itu adalah malam yang penuh berkah, malam yang mulia dan memiliki keistimewaan-keistimewaan tersendiri.
"Tanda seseorang yang telah mendapatkan salam dan berjabat tangan dengan Malaikat Jibril adalah; 1. Bergetar kulitnya, 2. Hatinya lembut tipis (mudah menangis), dan 3. Air matanya senantiasa bercucuran."
Salah satu peristiwa yang memiliki banyak keistimewaan dan hikmah pada bulan Ramadan adalah malam lailatul qadar. Pasalnya, pada malam tersebut dianggap lebih baik daripada beribadah di bulan lain sekalipun selama seribu bulan. Hal tersebut hingga membuat banyak orang berlomba lomba dalam meraihnya.
Kisah ini berasal dari cerita Nabi Muhammad SAW yang menceritakan tentang seorang Nabi yang hidup di zaman Romawi, yang bernama Sam'un Ghozi AS. Beliau adalah Nabi dari kalangan Bani Israil, yang juga merupakan hakim ketiga terakhir pada zaman Israel kuno. Kisah tentang 1000 bulan, berawal dari seorang Nabiyullah yang bernama Nabi Syam’un al-Ghazi AS.
Ketika Malam Nishfu Sya'ban telah dilalui, bulan Sya'ban tetapi merupakan bulan yang istimewa. Karenanya, tetap dianjurkan untuk senantiasa melakukan berbagai amal kebaikan di dalamnya.
Malam lailatul qadar adalah malam yang begitu istimewa dalam bulan Ramadhan yang biasanya jatuh setelah pertengahan puasa atau sepuluh hari terakhir Ramadhan. Uniknya, malam lailatul qadar ini tidak ada yang mengetahui, kapan malam ini tiba.
Dalam bulan Ramadhan terdapat satu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. Malam itu disebut Lailatul Qadar atau malam kemuliaan
Di antara kita mungkin pernah mendengar tanda-tanda malam Qadar yang telah tersebar di masyarakat luas. Sayangnya informasi yang sampai kepada kita terkadang agak simpang siur, selain juga tidak didasarkan pada dalil-dalil yang qath’i.
Bulan Ramadhan memiliki sekian banyak keistimewaan, salah satunya adalah Lailatul Qadar yang diturunkan pada sepuluh hari terakhir.
Bulan Ramadhan tahun ini telah memasuki sepuluh hari terakhir puasa atau yang bertepatan dengan datangnya malam lailatul qadar atau malam seribu bulan. Salah satu cirri tanda malam lailatul qadar adalah datangnya 10 hari terakhir Ramadhan dalam tanggal ganjil.
Nabi Syam’un al-Ghazi As, memiliki beberapa nama; Dalam bahasa Arab, beliau disebut dengan Syamsyawn atau Syam'un. Dalam bahasa Ibrani, disebut Simson. Dalam bahasa Tiberias, disebut Shimshon; Dalam Alkitab Nasrani, disebut Samson.
Menghidupkan malam lailatul qadar bagian dari iman
Mencari malam lailatul qadar di tujuh hari terakhir
Mencari malam lailatul qadar di tujuh hari terakhir
Mencari malam lailatul qadar pada hari ganjil di sepuluh hari terakhir
Mencari malam lailatul qadar pada hari ganjil di sepuluh hari terakhir
Mencari malam lailatul qadar pada hari ganjil di sepuluh hari terakhir
Mencari malam lailatul qadar pada hari ganjil di sepuluh hari terakhir
Mencari malam lailatul qadar pada hari ganjil di sepuluh hari terakhir
Waktu lailatul qadar dijadikan "Mistri" karena percekcokan sahabat
"Barang siapa yang membaca satu huruf dari Al-Quran maka ia akan mendapat satu kebaikan dan dari satu kebaikan itu berlipat menjadi sepuluh kebaikan. Aku tidak mengatakan alif lam mim sebagai satu huruf. Akan tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf." (HR. At-Tirmidzi)
"Diriwayatkan dari Aisyah r.ha, ia berkata: ‘Aku bertanya, wahai Rasulullah SAW jika aku menjumpai Malam Lailatul Qadar, maka apakah yang harus aku ucapkan?’ Katakanlah: ‘Ya Allah, sungguh Engkau Maha Pengampun lagi Mulia. Engkau senang memberi ampunan. Maka ampunilah aku."
Membicarakan tentang Nabi Syam'un Al-Ghozi AS, maka kita tidak bisa terlepas dari latar belakang kenapa kemudian ada anugerah Malam Lailatul Qadar untuk umat Nabi Muhammad SAW.
“Diriwayatkan dari Aisyah r.ha, bahwa Rasulullah SAW bersabda: ‘Bergegaslah semangat mencari Lailatul Qadar pada malam yang ganjil dalam sepuluh malam yang akhir dari Ramadhan.’” (HR. Bukhari)