Kalian yang lelah dengan NU? Kalian kurang baca. Kalian yang bingung dengan elit-elit NU? Ngobrolmu kurang lama. Kalian yang puyeng lihat anak-anak muda NU pada berantem? Ngluyurmu kurang jauh. Begadangmu kurang larut dan Pulangmu kurang malam. Mungkin juga kopimu kurang kental dan rokokmu kurang ngebul.
Setelah Prof. Din Syamsuddin "meliuk-liuk" menjelaskan dengan memakai nomenklatur "alaqah ma'nawiyah", apa yang terjadi?
Allah menunjukkan kuasaNya dengan memberikan wali-wali-Nya melalui NU.
Karena tidak ada yang berani, akhirnya ada keprihatinan dari Indonesia, Mbah Hasyim mengutus Mbah Wahab Hasbullah.
“Dalam langkah dan pemikiran, Mbah Wahab begitu jeli, teliti dan melampaui batas akal manusia. Teknologi percetakan contohnya, sudah Mbah Wahab lakukan sebelum banyak orang lain pikirkan,” kata Gus Syaifuddin.
Maaf karena si Gus merasa bahwa hizib dari Mbah Wahab yang dia dapatkan tidak bisa disebar umum hanya untuk kalangan kader NU saja, maka saya juga tidak menyebutkan nama hizibnya plus nama si Gusnya
Dua tokoh yang sekaligus ayah dan anak ini dalam hemat saya mempunyai pendekatan yang "berbeda" terhadap PKI. Mbah Kiai Wahab Chasbullah lebih "soft", sedang Kiai Wahib Wahab lebih tegas. Konklusi di atas terbaca dari penjelasan di bawah ini
Setelah diputuskan oleh Kyai Wahab Chasbullah dan KH. Idham Chalid untuk menerima konsep NASAKOM, selang beberapa bulan kemudian NU mengadakan pertemuan dengan cabang-cabang NU seluruh Indonesia guna membahas alasan terkait NU menerima konsep NASAKOM.
Suatu ketika, Prof KH Ibrahim Hosen, LML muda (ayah Gus Nadirsyah Hosen) datang menemui seorang kiai di Pondok Pesantren Buntet, Cirebon