Walaupun NU selalu bergandengan tangan dengan Masyumi, tetapi soal pemberontakannya tetap tidak setuju. Bagi NU, Masyumi merupakan mitra penting dalam menghadapi PKI.
LADUNI.ID, Jakarta - Suatu ketika, kaum Khawariej, pemberontak Khalifah Ali bin Abi Thalib, berteriak memakai kalimat tauhid.
telah terjadi penembakan yang dilakukan oleh pemberontak di wilayah timur laut Nigeria.
Dengan sebagian besar pertempuran terjadi di provinsi Latakia, Hama, dan Idlib, situasi di dalam Kegubernuran Aleppo sebagian besar diabaikan oleh media.
Pemberontak Suriah akui terima dana sebesar 5.000 dolar perbulan dari Isreal. Baca di sini...
Pernyataan NU yang berani dan penuh risiko itu kemudian secara serentak diikuti oleh partai dan organisasi lainnya. Pernyataan resmi PBNU mengenai tuntutan pembubaran PKI itu diliput dan disiarkan secara luas oleh RRI dan surat-surat kabar baik nasional maupun internasional ke segenap penjuru dunia.
Mengenang kebersamaan dengan Kiai Imam Kholil, salah seorang warga Sarang bercerita: pada tahun 1965 terjadi pemberontakan PKI. Satu minggu sebelum peristiwa tersebut, yakni pada hari Jumat, Kiai Imam memesan bambu runcing dalam jumlah besar.
Mengenali peristiwa dan tokoh yang dikenal biasa kita temukan di catatan buku sejarah, akan berbeda ketika di balik peristiwa tersebut bukan tokoh sejarah, sebut di sini orang biasa. Sudah barang tentu tidak akan ditemukan di catatan sejarah
Gus Maksum yang saat itu berusia 18 tahun pun dengan berani meneriakkan “Ganyang PKI” sebagai bukti bahwa dirinya akan memberantas PKI, dan hal tersebut terbukti dari beberapa tragedi yang terjadi, misalnya saat tragedi Watu Ompak.
Pengakuan ulama kepada Ir. Soekarno sebagai seorang pemimpin yang sah suatu negara dengan gelar Waliyyul Amri Ad-Dharuri bis Syaukah, telah memberikan dampak yang sangat signifikan.
etelah wafatnya Yazid bin Muawiyah, yang memimpin Bani Umayyah, pemerintahan dan kekuasaan mereka mengalami fase krusial dalam sejarah Islam. Yazid meninggalkan warisan yang kompleks, ditandai dengan konflik internal yang meningkat dan tekanan eksternal yang signifikan.
Tahun 720 Masehi merupakan tahun kesedihan (seharusnya) bagi Bani Umayyah. Seorang yang zuhud dan bijaksana telah meninggal dunia, beliau adalah Umar bin Abdul Aziz (Umar II). Masa beliau penuh dengan kemakmuran, bahkan pergerakan dari para Khawarij dan Syi’ah mampu beliau kendalikan.
Dampak dari “Pemberontakan Sorban Kuning” sangat terasa dan menguras kekuatan utama Dinasti Han. Pada tahun 189 Masehi, Kaisar Ling meninggal dengan secara mendadak, kemudian digantikan dengan anaknya yang masih kecil, Kaisar Shao.